Manusia atau
Binatang?
*Oleh: Lolita
Yuliarty Pasaribu
Aku melangkahkan kaki, berlari mendekat menuju suara jeritan. Kubuka pintu secara perlahan. Aku terdiam mematung melihat kejadian itu. Baru
kali ini aku melihat kejadian yang sangat menyeramkan dalam hidupku, biasanya
aku hanya bisa berkomentar ria dengan sumpah serapah di balik layar. Aku tidak
mengerti jalan pikiran mereka, apakah mereka manusia atau apakah mereka
binatang ?
Tanganku bergetar, tubuhku seakan mematung, kuambil benda
kecil dalam tasku, kutekan tombol 1104, terdengar suara berat dari seberang
membuka percakapan.
“Selamat
siang, apa ada yang bisa kami bantu?"
“Se..lamat
siang Pak,
ada kejadian genting di jalan Mawar No.5, ada .........
*tut,tut, tut ..
Ahh sial ponselku mati, lalu apa yang harus aku perbuat?Apakah
aku harus berlari ke dalam merebutnya ? Namun, apa yang akan terjadi
denganku dan dengannya nanti? Ahh .. sudahlah aku akan meluncur ke sana.
Dengan sebalok kayu yang kuambil tadi, kupukul seseorang yang bertubuh kekar,
kutarik dan kugendong gadis kecil yang telah berlumuran darah
serta kulangkahkan
kakiku dengan cepat.
“Hey..
mau kemana kalian, jangan berharap kalian bisa lari dari gua?” Teriak
suara dari belakangku.
Aku terus berlari tanpa menghiraukan suara dari belakangku,
tapi sial, ternyata aku telah terjebak, laki-laki bertubuh kekar tadi sekarang
sedang menghadangku.
Air mataku menetes tanpa diminta, aku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari
celah agar kami bisa selamat.
Terdengar suara tembakan dari kejauhan, air mata yang tadinya
menetes perlahan
hilang.
“Lepaskan
mereka, atau akan kami tembak?"Tegas seorang pria yang mengenakan seragam kecokelatan.
Laki-laki bertubuh kekar itu akhirnya melepaskan kami. Aku
berlari menuju ke luar. “Hufft
, Untung saja
polisi cepat datang, kalau tidak? Aku akan kehilangan kehormatanku
bahkan mungkin nyawaku.”
Desahku dalam hati.
Gadis kecil yang berlumuran darah tadi dibawa
ke rumah sakit, sedangkan aku dibawa ke kantor polisi untuk menjadi saksi.
***
Seorang wanita yang mengenakan seragam kecokelatan menanyakan
kejadian tadi.
“Siapa
namamu, nak?Bagaimana
kronologis kejadiannya?"Tanya
wanita itu dengan lembut.
“Saya
Viola, Bu,
saya tidak tahu jelas bagaimana kronologis kejadiannya, yang saya lihat gadis
itu telah menjadi alat pemuas kehausan nafsu laki-laki itu Bu."
Jawabku
dengan lirih.
Terdengar langkah kaki dari belakang, kualihkan pandanganku,
aku terkejut ternyata suara langkah kaki itu berasal dari langkah kaki laki-laki
bertubuh kekar tadi, laki-laki itu memandangku dengan tajam, seolah ada
kemarahan yang amat dalam terhadapku. Aku kembali menghadap wanita dengan
seragam kecokelatan
yang sedang asik dengan mesin ketiknya.
Kini,kesaksianku
telah selesai, aku meminta izin untuk bertemu gadis kecil malang itu. Alangkah
senangnya aku, pria dengan seragam kecokelatan itu bersedia mengantarkanku
menemui gadis itu.
***
Sesampainya di rumah sakit, aku disapa oleh seorang wanita
muda yang matanya mengisyaratkan kesedihan.
“Viola ya?"Tanya wanita muda itu kepadaku.
“Iya
Tante, saya Vio."Jawabku
dengan melepaskan senyumanku ke arah wanita muda itu.
“Saya
Christine ibunya Virgie,
makasih ya sudah menyelamatkan anak tante.” Ujar wanita itu
sambil memelukku.
Aku terdiam sesaat, oh ternyata nama gadis kecil tadi Virgie.
“Iya, Tante, sama-sama. Bagaimana keadaan Virgie sekarang Tante?
“Tanyaku
penasaran.
“Sudah membaik bahkan lebih baik dari keadaan sebelum Virgie
di rumah kosong tadi.
Ayo Vio,
masuk lihat Virgie, Virgie pasti senang bertemu kamu.” Ajak tante Christine
dengan lembut.
Kuikuti langkah Tante Christine menuju kamar Virgie,
aku kembali mematung,
air mataku kembali menetes, kulihat gadis kecil yang tadi kutarik
dan kugendong sekarang telah terbujur kaku di atas tempat tidur. Aku
tidak mengerti bagaimana jalan pikiran laki-laki kekar itu, apakah dia tidak punya
otak?Atau
apakah dia itu binatang?
Binatang saja yang tidak memiliki pikiran, tidak akan mau mengawini
binatang yang baru bisa jalan. Sedangkan laki-laki kekar itu yang diberikan
pikiran, malah tega menyalurkan hasrat biologisnya terhadap gadis yang berusia kurang lebih 5
Tahun. Peradaban dunia telah aneh. Manusia seperti binatang, binatang
seperti manusia.
Air mataku mentes dengan deras, kupeluk Tante Christine
dengan erat.
“Aku gagal Tante, aku terlambat menolong Virgie.”
Ujarku dalam tangisanku.
“Kamu
nggak gagal Vio, Virgie sudah bahagia sekarang. Terima
kasih ya.” Bisik
Tante Chirstine dengan lembut sambil membelai rambutku.
***
mantap!
BalasHapusEmang beneran diperkosa?
BalasHapusMasak sih
Hapus