Selasa, 22 April 2014

CERITA PENDEK


DIBALIK SEBUAH NAMA BELLA CANTIKA

Kamis pagi. Krining..krining..ponselku berdering, terlihat tulisan income calling my lovely mom yang tertulis di layar ponselku.
 ‘’Halo, assalamualaikum mah ada apa?’’ (sahutku)
‘’Waalaikum salam. .Mamah menjawab.“Dinar, besok bisa pulang ke rumah sayang? Ada acara penting yang harus kamu hadiri hari sabtu pagi.’’
“Loh kok mendadak sekali mah, memangnya ada acara apa?
“Ini loh tante Ita meminta kita menemaninya untuk menghadiri acara wisuda anak temannya di Itenas Bandung. Bagaimana kamu bisa pulang sayang?’’
“Maaf mah bukannya tidak mau tapi dinar tidak  bisa,hari sabtu Dinar ada kuliah dan ada jadwal UTS.’’
‘’Oh ya sudah kalau begitu nanti mamah sampaikan ke tante Ita kalau kamu tidak bisa ikut, berarti mamah juga tidak bisa ikut kalau tanpa kamu. Kalau begitu kamu belajar yang giat ya sayang.’’
‘’ Iya mamahku sayang pasti.’’ (dengan nada manja)
“Ya sudah dulu ya nak.. (menutup telepon)
***
Liburan semester  tiba, saat aku pulang ke rumah. Suatu ketika kebetulan saat suasana rumah sedang sepi hanya ada aku dan mamah di ruang televisi. Tiba-tiba mamah mengambil selembar foto dari lemari kecil di dekat televisi, kemudian menunjukkan kepadaku seorang laki-laki mengenakan seragam wisuda yang khas dengan toga di kepalanya bersama ibu dan ayahnya tersebut. Lalu mamah berbicara dengan gaya bahasa yang agak serius siapa seorang laki-laki di dalam foto tersebut. Ia menceritakan kenapa ketika itu ia menelponku agar segera pulang ternyata tante Ita berniat mengenalkan aku kepada laki-laki yang ada di foto itu. Namanya Natan Prahara. Serentak aku terdiam menghela nafas panjang. Lalu menanggapi pernyataan mamah tersebut. Dengan bersikap tenang walaupun sebenarnya ini hal yang aku kurang suka.
‘’Apa maksud semua ini mah ? aku belum siap untuk perkenalan ini.
‘’Mamah hanya ingin mengenalkanmu saja, bagaimana nanti hubungan kalian kedepannya ya terserah kalian. Tapi, mamah berharap dia menjadi calonmu nanti sayang.
‘’apa? Mamah mau menjodohkan aku dengannya? (Dengan sedikit emosi) usiaku masih terlalu muda untuk hal ini mah, ini bukan lagi zaman Siti Nurbaya. Aku ingin bebas menentukan pilihanku sendiri.
‘’Tapi dia itu jelas bibit, bebet dan bobotnya sayang, kamu jangan marah, mamah hanya ingin melakukan apa yang terbaik untuk masa depan kamu. Mamah tidak akan memaksamu sayang, cobalah berkenalan dulu, kalau kalian tidak merasa cocok ya sudah mamah juga mengerti dan tidak akan memaksakan kehendak.
‘’Oke kalau begitu tapi benar ya hanya sekedar berkenalan saja, dinar akan menuruti apa mau mamah.’’
***
Suatu ketika, aku dan keluargaku serta tante Ita berkunjung ke rumah keluarga Natan karena diundang pada acara tunangan kakak perempuannya. Pada saat itulah kami pertama kali bertatap muka. mamah dan papahnya menyambut baik kedatangan kami. Aku dan Natan hanya sebatas memandang mungkin kedua diantara kita masih belum siap berkenalan satu sama lain. Setelah prosesi tunangan selesai, keluarga kami (aku dan Natan) berbicara mengenai perkenalan ini aku hanya duduk dan mendengarkan obrolan mereka dan menjawab seperluya saja ketika ditanya oleh keluarga Natan mengenaiku. Begitupun dengan Natan, sama halnya seperti apa yang aku lakukan saat ditanya pihak keluargaku. Setelah pertemuan itu, mamah Natan sering menanyakan kapan aku pulang ke rumah kepada mamahku. Sepertinya ia ingin sekali aku dengan Natan saling mencintai. Ia selalu menyempatkan berkunjung ke rumah jika aku sedang berada di rumah.
Hari demi hari dijalani, seiring berjalannya waktu kedekatan kita mulai tercipta, kebetulan Natan sedang melanjutkan S2 di Universitas Indonesia. Kita sering menghabiskan waktu bersama. Dia sangat baik, perhatian, dan dia mempunyai kharisma yang menurutku tidak dimiliki oleh laki-laki lain. Aku nyaman dengannya. Apakah ini cinta? Entahlah. Dan entah kenapa aku ingin menjadi bagian dari hidupnya tanpa melihat perjodohan dari orangtua kita masing-masing. Aku ingin rasa ini tumbuh karena kita sendiri yang merasakan bukan karena orangtua kita. Tapi aku mencoba untuk membiasakan diri dan tidak menampakkan rasa itu di depannya. Agar kesannya tidak terlihat agresif.
Ketika itu aku tahu ternyata dia sudah mempunyai kekasih dari akun facebook miliknya. Dia mencantumkan status berpacaran dengan perempuan yang bernama Bella Cantika. Saat itu aku kacau entah cinta atau benci yang kurasa. Aku kecewa aku salah menaruh harapan padanya. Perlahan aku mulai mengabaikan BBMnya, teleponnya, bahkan aku tak pernah mau lagi bertemu dengannya. Aku mencoba tegar mengobati perih yang aku rasa. Natan mencoba terus menghubungiku namun tetap saja aku baikan. Sesaat aku berubah pikiran, bbm darinya menuliskan “Aku merindukanmu Dinar. Aku ingin menemuimu ada hal penting yang harus aku bicarakan.’’
***
Ancol, 14.15 wib Natan menemuiku. Di sepanjang jembatan yang terhampar, hembusan angin dan laut yang eksotis menjadi saksi bisu pertemuan aku dan Natan. Tanpa basa-basi Natan memulai pembicaraan. Dia mengatakan dia menyukaiku. Aku hanya menghela nafas panjang dan tersenyum. Lalu aku mengatakan aku pun mempunyai perasaan yang sama dengannya, dia terdiam suasana menjadi berubah saat dia mengakui sebuah pernyataan yang tak sanggup aku dengar. Aku mencoba merasa baik-baik saja dan membendung air mata yang hampir keluar. Walaupun sebenarnya aku sudah mengetahui sebelumnya status dia dengan perempuan itu, tetapi tetap saja aku tak bisa menahan air mata yang deras mengalir dipipiku ini. Ketika aku anggap ini sebagai awal dari kebahagiaan bahwa aku dan Natan mempunyai perasaan yang sama ternyata tidak, satu sisi aku merasa terharu Natan mengungkapkan perasaan cintanya padaku. Namun, di sisi lain aku sedih mengapa dia baru berterus terang bahwa dia sudah mempunyai kekasih di saat  aku terlanjur jatuh hati padanya. Aku terisak ketika itu Natan mengusap air mata yang tak berhenti mengalir di pipiku. Aku bingung apakah aku harus mundur dan merelakan Natan untuk perempuan itu? Bagaimana dengan perasaanku ? aku kacau saat itu.
“Dinar maafkan aku, aku sayang kamu tapi aku tidak bisa meninggalkan Bella saat sekarang ini, karena aku terdesak oleh keluarganya yang menginginkanku untuk tetap bersamanya karena bagi Bella aku adalah kekuatan hidupnya. Aku tak sanggup untuk meninggalkannya saat kondisinya yang sedang terbaring di rumah sakit seperti ini tapi aku akan tetap mempertahankanmu.” (Ucap Natan sambil menatap mata Dinar dalam-dalam)
‘’Layaknya perempuan aku masih mempunyai hati, mungkin pilihan terbaik adalah harus merelakanmu untuk Bella, karena aku tahu bagaimana rasanya jika aku berada di posisinya saat ini. Dan tindakan yang paling baik adalah kamu selalu ada untuknya karena aku tahu dia sangat membutuhkanmu saat kondisinya seperti ini. Aku rela aku pergi.’’ (Dengan air mata yang terus mengalir deras)
‘’Dinar, Tuhan mempertemukan kita bukan tanpa alasan, Tuhan mempertemukan kita untuk bersatu walaupun jalannya harus seperti ini aku yakin Tuhan mempunyai rencana yang indah nanti untuk kita, untuk aku, kamu, untuk masa depan kita yakin itu. Aku ingin kamu tetap disini, dan sabar untuk kita nanti. (Natan menegaskan)
‘’Tapi sampai kapan aku harus bersabar? Aku ingin kamu tetap selalu ada untuk Bella, aku ingin kamu selalu menjadi pelangi yang indah di hidupnya. Kamu tak usah memikirkan aku atau memikirkan kita kedepannya. Kamu harus tetap dengan Bella aku akan mencoba belajar mengerti keadaan ini.’’ (Ujarku tegas)
‘’Sampai nanti tangan Tuhan menyatukan hati kita, tenanglah Din, aku akan berusaha sebaik-Baiknya untuk Bella juga untuk kamu.
Aku sakit, namun aku iba kepada Bella. Semuanya sangat merisaukanku. Bella selalu menjadi alasan mengapa aku harus seperti ini. Tetapi aku mencoba bertahan dengan keadaan dan sabar untuk menghadapi kenyataan yang perih. Aku tak ingin orangtuaku dan orangtua Natan sampai tahu apa yang sebenarnya terjadi, yang harus mereka tahu adalah aku baik-baik saja dengan Natan. Karena aku tak ingin membuat mereka kecewa.
***
‘’Natan menjengukku ke rumah.’’ (Ucap Bella)
‘’Terus dia bilang apa sama kamu? Apa dia menceritakan tentang aku? (Tanyaku)
‘’Dia tidak bilang apa- apa tentang kamu, Saat dia keluar sejenak, dia meletakan ponselnya di atas meja kecil disamping tempat tidurku. Waktu itu aku tidak sengaja melihat isi ponselnya aku tahu siapa kamu.’’
‘’Maksud kamu apa bel ?
‘’kamu adalah perempuan yang di jodohkan orangtuanya kan? (Tanyanya sinis)
‘’Bel tunggu, kamu jangan salah paham dulu.
‘’Aku tidak habis pikir kamu tega melakukan ini, padahal kamu tau kondisi aku seperti ini. Kamu perempuan sempurna Dinar, kamu memiliki segalanya. Apa kamu pernah membayangkan bagaimana jika kamu di posisi aku? betapa sakitnya aku ketika tahu umurku tak akan lama lagi dan melihat ada seorang perempuan lain yang telah merebut hatinya. Lantas apakah kamu ingin merebut Natan dariku? Kamu tidak tahu betapa berharganya dia di hidupku. Karenanya aku kuat, karenanya aku merasa bisa hidup lebih lama lagi. Maka sebelum aku pergi, aku ingin pergi dengan bahagia tanpa harus merasa sakit seperti ini. Aku mohon dengan sangat tinggalkan Natan untukku, aku sangat mencintainya aku mohon.’’ (Ucap Bella dengan menangis dan sedih yang mendalam terpancar di raut wajahnya).
Aku tak kuasa menolak permintaan Bella, aku kasihan dengannya hingga aku mengalah dan merelakan Natan untuknya walaupun sebenarnya ini sakit untukku rasakan.
‘’Aku tak merebut Natan darimu Bel, aku tahu aku siapa aku tak pantas merebut kebahagiaan yang sudah kalian miliki selama ini. Aku sadar kamu jauh lebih pantas untuk Natan aku bukan siapa-siapa untuknya. Aku dan Natan hanya ingin mencoba mewujudkan keinginan orang tua kami. Tidak ada niat sedikitpun untuk  membuatmu terluka Bel, maafkan aku. Aku berjanji aku tidak akan merebut kebahagiaanmu bersama Natan, aku akan pergi dari kehidupan kalian semoga kalian selalu bahagia sampai akhir nanti.’’ (sambil memeluk Bella dan menangis tersendu).
Demikian perbincanganku dengan bella sore itu pukul 16.05 tepat dua tahun lalu sebelum dia pergi untuk selamanya. Tanpa aku tahu itu adalah pertemuan pertama dan terakhirku dengan Bella yang masih ku ingat sampai saat ini. Ia menemuiku di taman yang tak jauh dari rumahku, saat itu aku tak bisa berbuat apa-apa selain aku menahan ego untuk tetap mempertahankan Natan, karena aku tahu dia amat sangat membutuhkan sesosok Natan dalam hidupnya. Dan saat ini aku sudah membina keluarga dengan Natan dan sudah dikaruniai seorang anak perempuan yang cantik yang ku beri nama Bella Cantika persis nama Bella agar aku dan Natan merasa dia akan selalu ada di tengah-tengah kebahagiaan keluarga kecil kami.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar