DIBALIK SEBUAH NAMA BELLA CANTIKA
Kamis pagi. Krining..krining..ponselku
berdering, terlihat tulisan income
calling my lovely mom yang tertulis di layar ponselku.
‘’Halo, assalamualaikum mah ada
apa?’’ (sahutku)
‘’Waalaikum salam. .Mamah menjawab.“Dinar, besok bisa pulang ke rumah
sayang? Ada acara penting yang harus kamu hadiri hari sabtu pagi.’’
“Loh kok mendadak sekali mah, memangnya ada acara apa?
“Ini loh tante Ita meminta kita menemaninya untuk menghadiri acara wisuda
anak temannya di Itenas Bandung. Bagaimana kamu bisa pulang sayang?’’
“Maaf mah bukannya tidak mau tapi dinar tidak bisa,hari sabtu Dinar ada kuliah dan ada
jadwal UTS.’’
‘’Oh ya sudah kalau begitu nanti mamah sampaikan ke tante Ita kalau kamu
tidak bisa ikut, berarti mamah juga tidak bisa ikut kalau tanpa kamu. Kalau
begitu kamu belajar yang giat ya sayang.’’
‘’ Iya mamahku sayang pasti.’’ (dengan nada manja)
“Ya sudah dulu ya nak.. (menutup telepon)
***
Liburan
semester tiba, saat aku pulang ke rumah.
Suatu ketika kebetulan saat suasana rumah sedang sepi hanya ada aku dan mamah
di ruang televisi. Tiba-tiba mamah mengambil selembar foto dari lemari kecil di
dekat televisi, kemudian menunjukkan kepadaku seorang laki-laki mengenakan seragam
wisuda yang khas dengan toga di kepalanya bersama ibu dan ayahnya tersebut.
Lalu mamah berbicara dengan gaya bahasa yang agak serius siapa seorang
laki-laki di dalam foto tersebut. Ia menceritakan kenapa ketika itu ia
menelponku agar segera pulang ternyata tante Ita berniat mengenalkan aku kepada
laki-laki yang ada di foto itu. Namanya Natan Prahara. Serentak aku terdiam
menghela nafas panjang. Lalu menanggapi pernyataan mamah tersebut. Dengan
bersikap tenang walaupun sebenarnya ini hal yang aku kurang suka.
‘’Apa maksud semua ini mah ? aku belum siap untuk perkenalan ini.
‘’Mamah hanya ingin mengenalkanmu saja, bagaimana nanti hubungan kalian
kedepannya ya terserah kalian. Tapi, mamah berharap dia menjadi calonmu nanti
sayang.
‘’apa? Mamah mau menjodohkan aku dengannya? (Dengan sedikit emosi) usiaku
masih terlalu muda untuk hal ini mah, ini bukan lagi zaman Siti Nurbaya. Aku
ingin bebas menentukan pilihanku sendiri.
‘’Tapi dia itu jelas bibit, bebet dan bobotnya sayang, kamu jangan marah,
mamah hanya ingin melakukan apa yang terbaik untuk masa depan kamu. Mamah tidak
akan memaksamu sayang, cobalah berkenalan dulu, kalau kalian tidak merasa cocok
ya sudah mamah juga mengerti dan tidak akan memaksakan kehendak.
‘’Oke kalau begitu tapi benar ya hanya sekedar berkenalan saja, dinar
akan menuruti apa mau mamah.’’
***
Suatu ketika,
aku dan keluargaku serta tante Ita berkunjung ke rumah keluarga Natan karena
diundang pada acara tunangan kakak perempuannya. Pada saat itulah kami pertama
kali bertatap muka. mamah dan papahnya menyambut baik kedatangan kami. Aku dan
Natan hanya sebatas memandang mungkin kedua diantara kita masih belum siap
berkenalan satu sama lain. Setelah prosesi tunangan selesai, keluarga kami (aku
dan Natan) berbicara mengenai perkenalan ini aku hanya duduk dan mendengarkan
obrolan mereka dan menjawab seperluya saja ketika ditanya oleh keluarga Natan
mengenaiku. Begitupun dengan Natan, sama halnya seperti apa yang aku lakukan
saat ditanya pihak keluargaku. Setelah pertemuan itu, mamah Natan sering
menanyakan kapan aku pulang ke rumah kepada mamahku. Sepertinya ia ingin sekali
aku dengan Natan saling mencintai. Ia selalu menyempatkan berkunjung ke rumah
jika aku sedang berada di rumah.
Hari demi hari
dijalani, seiring berjalannya waktu kedekatan kita mulai tercipta, kebetulan Natan
sedang melanjutkan S2 di Universitas Indonesia. Kita sering menghabiskan waktu
bersama. Dia sangat baik, perhatian, dan dia mempunyai kharisma yang menurutku
tidak dimiliki oleh laki-laki lain. Aku nyaman dengannya. Apakah ini cinta?
Entahlah. Dan entah kenapa aku ingin menjadi bagian dari hidupnya tanpa melihat
perjodohan dari orangtua kita masing-masing. Aku ingin rasa ini tumbuh karena
kita sendiri yang merasakan bukan karena orangtua kita. Tapi aku mencoba untuk
membiasakan diri dan tidak menampakkan rasa itu di depannya. Agar kesannya
tidak terlihat agresif.
Ketika itu aku
tahu ternyata dia sudah mempunyai kekasih dari akun facebook miliknya. Dia
mencantumkan status berpacaran dengan perempuan yang bernama Bella Cantika.
Saat itu aku kacau entah cinta atau benci yang kurasa. Aku kecewa aku salah
menaruh harapan padanya. Perlahan aku mulai mengabaikan BBMnya, teleponnya,
bahkan aku tak pernah mau lagi bertemu dengannya. Aku mencoba tegar mengobati
perih yang aku rasa. Natan mencoba terus menghubungiku namun tetap saja aku
baikan. Sesaat aku berubah pikiran, bbm darinya menuliskan “Aku merindukanmu
Dinar. Aku ingin menemuimu ada hal penting yang harus aku bicarakan.’’
***
Ancol, 14.15 wib
Natan menemuiku. Di sepanjang jembatan yang terhampar, hembusan angin dan laut
yang eksotis menjadi saksi bisu pertemuan aku dan Natan. Tanpa basa-basi Natan
memulai pembicaraan. Dia mengatakan dia menyukaiku. Aku hanya menghela nafas
panjang dan tersenyum. Lalu aku mengatakan aku pun mempunyai perasaan yang sama
dengannya, dia terdiam suasana menjadi berubah saat dia mengakui sebuah
pernyataan yang tak sanggup aku dengar. Aku mencoba merasa baik-baik saja dan
membendung air mata yang hampir keluar. Walaupun sebenarnya aku sudah
mengetahui sebelumnya status dia dengan perempuan itu, tetapi tetap saja aku
tak bisa menahan air mata yang deras mengalir dipipiku ini. Ketika aku anggap
ini sebagai awal dari kebahagiaan bahwa aku dan Natan mempunyai perasaan yang
sama ternyata tidak, satu sisi aku merasa terharu Natan mengungkapkan perasaan
cintanya padaku. Namun, di sisi lain aku sedih mengapa dia baru berterus terang
bahwa dia sudah mempunyai kekasih di saat aku terlanjur jatuh hati padanya. Aku terisak
ketika itu Natan mengusap air mata yang tak berhenti mengalir di pipiku. Aku
bingung apakah aku harus mundur dan merelakan Natan untuk perempuan itu?
Bagaimana dengan perasaanku ? aku kacau saat itu.
“Dinar maafkan aku, aku sayang kamu tapi aku tidak bisa meninggalkan
Bella saat sekarang ini, karena aku terdesak oleh keluarganya yang menginginkanku
untuk tetap bersamanya karena bagi Bella aku adalah kekuatan hidupnya. Aku tak
sanggup untuk meninggalkannya saat kondisinya yang sedang terbaring di rumah
sakit seperti ini tapi aku akan tetap mempertahankanmu.” (Ucap Natan sambil
menatap mata Dinar dalam-dalam)
‘’Layaknya perempuan aku masih mempunyai hati, mungkin pilihan terbaik
adalah harus merelakanmu untuk Bella, karena aku tahu bagaimana rasanya jika
aku berada di posisinya saat ini. Dan tindakan yang paling baik adalah kamu
selalu ada untuknya karena aku tahu dia sangat membutuhkanmu saat kondisinya
seperti ini. Aku rela aku pergi.’’ (Dengan air mata yang terus mengalir deras)
‘’Dinar, Tuhan mempertemukan kita bukan tanpa alasan, Tuhan mempertemukan
kita untuk bersatu walaupun jalannya harus seperti ini aku yakin Tuhan
mempunyai rencana yang indah nanti untuk kita, untuk aku, kamu, untuk masa
depan kita yakin itu. Aku ingin kamu tetap disini, dan sabar untuk kita nanti. (Natan
menegaskan)
‘’Tapi sampai kapan aku harus bersabar? Aku ingin kamu tetap selalu ada
untuk Bella, aku ingin kamu selalu menjadi pelangi yang indah di hidupnya. Kamu
tak usah memikirkan aku atau memikirkan kita kedepannya. Kamu harus tetap dengan
Bella aku akan mencoba belajar mengerti keadaan ini.’’ (Ujarku tegas)
‘’Sampai nanti tangan Tuhan menyatukan hati kita, tenanglah Din, aku akan
berusaha sebaik-Baiknya untuk Bella juga untuk kamu.
Aku sakit, namun
aku iba kepada Bella. Semuanya sangat merisaukanku. Bella selalu menjadi alasan
mengapa aku harus seperti ini. Tetapi aku mencoba bertahan dengan keadaan dan
sabar untuk menghadapi kenyataan yang perih. Aku tak ingin orangtuaku dan
orangtua Natan sampai tahu apa yang sebenarnya terjadi, yang harus mereka tahu
adalah aku baik-baik saja dengan Natan. Karena aku tak ingin membuat mereka
kecewa.
***
‘’Natan
menjengukku ke rumah.’’ (Ucap Bella)
‘’Terus dia
bilang apa sama kamu? Apa dia menceritakan tentang aku? (Tanyaku)
‘’Dia tidak
bilang apa- apa tentang kamu, Saat dia keluar sejenak, dia meletakan ponselnya
di atas meja kecil disamping tempat tidurku. Waktu itu aku tidak sengaja melihat
isi ponselnya aku tahu siapa kamu.’’
‘’Maksud kamu
apa bel ?
‘’kamu adalah
perempuan yang di jodohkan orangtuanya kan? (Tanyanya sinis)
‘’Bel tunggu,
kamu jangan salah paham dulu.
‘’Aku tidak
habis pikir kamu tega melakukan ini, padahal kamu tau kondisi aku seperti ini.
Kamu perempuan sempurna Dinar, kamu memiliki segalanya. Apa kamu pernah
membayangkan bagaimana jika kamu di posisi aku? betapa sakitnya aku ketika tahu
umurku tak akan lama lagi dan melihat ada seorang perempuan lain yang telah
merebut hatinya. Lantas apakah kamu ingin merebut Natan dariku? Kamu tidak tahu
betapa berharganya dia di hidupku. Karenanya aku kuat, karenanya aku merasa bisa
hidup lebih lama lagi. Maka sebelum aku pergi, aku ingin pergi dengan bahagia
tanpa harus merasa sakit seperti ini. Aku mohon dengan sangat tinggalkan Natan
untukku, aku sangat mencintainya aku mohon.’’ (Ucap Bella dengan menangis dan
sedih yang mendalam terpancar di raut wajahnya).
Aku tak kuasa menolak permintaan
Bella, aku kasihan dengannya hingga aku mengalah dan merelakan Natan untuknya
walaupun sebenarnya ini sakit untukku rasakan.
‘’Aku tak
merebut Natan darimu Bel, aku tahu aku siapa aku tak pantas merebut kebahagiaan
yang sudah kalian miliki selama ini. Aku sadar kamu jauh lebih pantas untuk Natan
aku bukan siapa-siapa untuknya. Aku dan Natan hanya ingin mencoba mewujudkan
keinginan orang tua kami. Tidak ada niat sedikitpun untuk membuatmu terluka Bel, maafkan aku. Aku
berjanji aku tidak akan merebut kebahagiaanmu bersama Natan, aku akan pergi
dari kehidupan kalian semoga kalian selalu bahagia sampai akhir nanti.’’ (sambil
memeluk Bella dan menangis tersendu).
Demikian perbincanganku dengan
bella sore itu pukul 16.05 tepat dua tahun lalu sebelum dia pergi untuk
selamanya. Tanpa aku tahu itu adalah pertemuan pertama dan terakhirku dengan Bella
yang masih ku ingat sampai saat ini. Ia menemuiku di taman yang tak jauh dari rumahku,
saat itu aku tak bisa berbuat apa-apa selain aku menahan ego untuk tetap
mempertahankan Natan, karena aku tahu dia amat sangat membutuhkan sesosok Natan
dalam hidupnya. Dan saat ini aku sudah membina keluarga dengan Natan dan sudah dikaruniai
seorang anak perempuan yang cantik yang ku beri nama Bella Cantika persis nama
Bella agar aku dan Natan merasa dia akan selalu ada di tengah-tengah
kebahagiaan keluarga kecil kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar