Musala FSH
Lantai 3
Begitu jam menunjukan pukul 12 siang,
saat itulah azan Zuhur berkumandang. Banyak mahasiswa yang keluar dari ruang
kelas karena berakhirnya jam mata perkuliahan mereka, begitu pula denganku. Ku
langkahkan kakiku ini menuju Musala FSH di lantai 3. Begitu aku sampai di depan
Musala, tercium bau tidak sedap bercampur dengan aroma wewangian. Bau tidak
sedap ini ternyata berasal dari sepatu dan kaos kaki mahasiswa yang dilepaskan
dari kaki mereka, kemudian bau tersebut tercampur dengan aroma parfum yang
mereka kenakan. Sungguh, perpaduan aroma
ini sangat menyengat.
Musala FSH yang berlokasi di lantai 3
ini lumayan nyaman. Di depan pintu masuk Musala, terdapat dua buah meja kayu
yang ukurannya tidak terlalu panjang. Meja tersebut diletakan saling
berhadapan, dan jalur masuk ke Musala berada di antara keduanya. Di belakang
meja tersebut, diletakan pula lima buah bangku berwarna hijau cerah dimana
bangku-bangku itu saling direkatkan satu sama lain.
Di belakang bangku-bangku berwarna
hijau tersebut, terdapat sebuah tembok yang tingginya kira-kira satu meter.
Tembok tersebut menutupi sebagian ruangan kecil yang digunakan oleh para
mahasiswa untuk mengambil air wudhu. Tempat wudhu wanita berada di sebelah kiri
dari posisi pintu Musala, dan tempat wudhu pria berada di sebelah kanan dari
pintu Musala. Diantara tempat wudhu wanita dan pintu Musala, terdapat sebuah
lorong kecil yang jika dilalui hanya muat untuk satu orang. Lorong tersebut
adalah jalan masuk menuju dapur yang biasanya digunakan oleh staf FSH untuk
memasak atau sekadar membuat minum.
Setelah selesai mengambil air wudhu,
aku membuka pintu Musala yang sebelumnya ditutup. Begitu pintu Musala kubuka,
suasana sejuk menyambutku. Kuarahkan pandanganku ke atas, ternyata ada sebuah
AC yang dipasang di tembok di seberang pintu Musala. Musala ini lumayan nyaman.
Lantainya pun telah ditutupi oleh karpet lembut berwarna merah tua. Kuarahkan
pandanganku ke kanan, di sudut ruangan terdapat sebuah lemari kayu kecil
berwarna coklat muda yang digunakan untuk menyimpan mungkena dan sejadah. Sayangnya, lemari tersebut tidak berfungsi
dengan baik karena banyak mungkena yang berceceran di mana-mana. Di sebelah
kanan lemari tersebut, terdapat sebuah
cermin panjang yang biasanya digunakan oleh mahasiswi untuk bercermin
dan merapikan kerudung mereka setelah selesai sholat. Karena banyaknya
mahasiswa dan mahasiswi FSH mengantri untuk mendapatkan tempat salat, sehingga
aku harus menunggu. Setelah menunggu beberapa saat untuk mendapatkan tempat
sholat, kini giliranku untuk menghadap Sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar