Rabu, 23 April 2014

4 Ekor 8 Mata 16 Kaki

         “Aku pulaaang” Terdengar suara gadis kecil yang baru saja pulang dari sekolah. Namanya Tissa, perempuan yang rajin, pintar, dan sangat disenangi oleh teman-temannya. Suatu ketika Tissa berkata kepada ibunya “Bu, aku ingin mempunyai peliharaan” Ujarnya, ibu Tissa sedikit terkejut dengan perkataan anaknya, “KenapaTis? Kok tumben kamu mau punya peliharaan, peliharaan yang seperti apa?” Lalu Tissa membalas “Hewan peliharaan buuuu, sudah lama Tissa ingin punya hewan peliharaan,  rumah terasa sepi karena hanya aku, ibu, dan ayah saja yang mengisi rumah ini.” Ucap Tissa sedikit sedih. “yasudah, ibu sih ngikut kamu aja deh, Cuma coba tanyakan kepada ayah dulu yaa.” Kata ibu. Tissa pun mencium tangan ibunya dan naik ke lantai dua rumahnya untuk mengganti pakaian sekolah yang dipakainya hari ini.
            Malam hari sang ayah pun pulang dari pekerjaannya, waktu pun sudah menunjukkan jam makan malam, keluarga kecil itu pun menyantap makanan mereka bersama-sama di ruang makan. Tak lama kemudia Tissa berbicara “Ayah aku mau hewan peliharaan.” Sang ayah pun membalas “Hewan peliharaan apa nak? Ayah akan belikan jika kamu siap dan sanggup untuk memelihara serta menjaga nya.” Tissa pun terdiam untuk berfikir apakah dia sanggup memelihara hewan yang akan ia miliki, dan akhirnya ia menjawab “Aku sanggup, aku ingin memelihara kucing yah!” Ayahnya pun tersenyum sedikit “Yauda kalo gitu besok kita beli kucing di toko hewan ya Tis.” Tissa pun gembira mengetahui ayahnya akan membelikannya hewan peliharaan, seusai makan malam bersama, Tissa memeluk ayah dan ibunya karena perasaan gembira yang tidak habis-habis di waktu itu.
            Keesokan hari pun tiba, Tissa bergegas masuk ke mobil bersama ayah dan ibunya yang akan membelikannya seekor kucing. Ditengah perjalanan, kondisi jalan sangat lah macet, karena perjalanan memakan waktu yang cukup lama, Tissa pun tertidur di mobil. Sesampai nya ia bangun, Tissa terkejut karena sudai sampai di depan toko tempat penjualan hewan. Begitu pintu masuk dibuka, Tissa sangat senang karena melihat banyak sekali macam-macam hewan peliharaan yang berbeda-beda, lalu ayahnya berkata “Tis, kamu pilih kucing nya yang mau kamu pelihara yaa” Kata ayahnya. “Oke yah!” Dengan nada gembira Tissa pun langsung berlari ke tempat kucing yang ingin ia pelihara. Tissa pun berputar-putar kesana kemari, bingung dengan kucing apa yang harus ia pilih, semakin lama ia di toko tersebut, entah kenapa rasanya semakin sedih melihat banyak hewan yang terkurung di kandangnya tidak dapat melakukan apa-apa kecuali hanya makan, tidur, dan buang air. Tak lama kemudia Tissa melihat seekor kucing berwarna hitam yang ukurannya belum terlalu dewasa, dan kucing hitam itu juga melihat mata Tissa dengan sangat dalam. Perasaan Tissa pun tidak dapat dibendung lagi, ia pun berteriak di lorong toko ke pada ayahnya “Yang ini yah! Kucing hitam ini yang aku mau pelihara!” Ayah Tissa pun bergegas memanggil penjual hewan toko tersebut dan membeli kucing pilihan Tissa. Penjual hewan memberi tahu Tissa bagaimana cara merawat kucing hitam itu, terlihat agak membingungkan tetapi dengan penuh semangat Tissa yakin dapat memelihara kucing yang ia baru saja beli.
            Sesampainya dirumah, hari sudah malam dan udara terasa dingin, Tissa pun membuka kandang dan membiarkan kucing hitam itu berjalan di dalam rumahnya. “Aku akan menamakannya Cira, kucing ini namanya Cira!” dengan nada gembira Tissa mengucapkannya. Keesokan hari nya, Tissa pun bangun pagi untuk melihat kucing kesayangannya itu, terlihat Cira masih tidur dekat kandangnya. Tissa pun mengelus kepala Cira dengan sangat hati-hati. Siang hari nya, terlihat Cira hanya makan dan tidur, tidak melakukan apa-apa lagi, Tissa pun bingung ada apa dengan kucing hitam nya ini, ia sempat berfikir apakah Cira sakit atau memang sukanya bermalas-malasan, rada ragu untuk mengambil kesimpulan, Tissa pun menemui temannya yang mempunyai beberapa ekor kucing sebagai hewan peliharaannya juga.
            Seusai pulang sekolah, Tissa pun janjian untuk bertemu dengan temannya itu, menanyakan mengapa Cira hanya makan dan tidur. “Nal, kenapa sih kucingku hanya bermalas-malasan dan ngga mau lagi ngapa-ngapain? Apa dia sakit yah?” Tanya Tissa dengan sedikit sedih. Renal, teman Tissa pun membalas “Oh gitu Tis, Kucing kamu hanya sendirian yah dirumah? Ngga punya temen lagi? Pasti dia kesepian dong ga ada temen main.” Tissa pun membalas “Iya kucingku hanya ada satu ekor nal, gimana dong? Ayah pasti tidak mau membelikan aku kucing yang baru, karena baru saja dibelikan.” Tissa pun semakin kecewa dengan keadaan Cira yang hanya sendiri dirumahnya. “Gini aja, aku punya seekor kucing laki-laki yang usianya masih remaja, gimana kalo aku kasih buat kamu? Biar kucing kamu juga ada temen mainnya!” Renal pun bermaksud menolong. Tanpa kata-kata Tissa pun membalas “Iyaaa! Bener yaa? Besok aku tunggu dirumahku loh” dengan nada gembira Tissa berkata.
            Dengan keadaan senang sambil menggendong Cira kucingnya, Tissa menunggu Renal datang kerumahnya untuk memberikannya seekor kucing yang di janjikannya. “Ting nong” suara bel rumah Tissa berbunyi, dengan hati-hati Tissa meletakkan Cira dan tak lupa di elus kepala nya, ia pun segera membukakan pintu rumahnya, dan ternyata Renal yang berada di depan pintu rumahnya membawa kandang ukuran sedang yang didalamnya ada seekor kucing untuk diberikan kepada Tissa. Tissa pun memanggil ayah dan ibunya, memberitahu kondisi Cira dan menjelaskan secara rinci mengapa Renal membawakan kucing peliharaannya untuk diberikan kepada Tissa. Ayah dan ibunya pun setuju asalkan Tissa dapat menjaga dan memelihara kedua kucing tersebut, Renal pun pulang dan berpamitan kepada keluarga Tissa.
            Tissa membuka kandang kucing putih, kucing barunya. “Hemmmmm, nama kamu siapa ya bagusnya?” Sambil memutar-mutar mata Tissa kebingungan. “Oke! Mulai sekarang nama kamu Gipsy yahhh.” Dengan senang sambil melihat dua ekor kucing yang sekarang ia miliki. Tetapi tak lama kemudian, Tissa melihat Cira dan Gipsy berkelahi satu sama lain, dan mulai ingin mencakar. Cepat bertindak Tissa langsung melerai kedua kucing peliharaanya “Iiih kalian berdua kenapa deh, jangan berantem dong.” Tissa berkata. Tak lama setelah itu Tissa mendapat pesan singkat dari Renal yang berisikan “Satu minggu pertama pasti berantem dulu Tis, soalnya kan sama-sama baru kenal mereka.” Membaca itu Tissa pun langsung mengangguk dan memaklumi keadaan Cira dang Gipsy. “Yaudah yaa Cira dan Gipsy, aku mau tidur duluuu, sampai ketemu lagi besoook.” Dengan senang Tissa berkata dan tidak lupa mengelus kedua kepala Cira dan Gipsy.
            Bulan demi bulan pun sudah terlewat, Tissa sangat senang melihat Cira dan Gipsy kucing kesayangannya bisa main bersama dan tidak berkelahi lagi, setiap hari Tissa memberi makan dan minum juga mengganti pasir tempat kedua kucing itu buang air, setiap minggu juga Tissa memandikan kucing kesayangannya agar tidak terkena kutu dan mengalami rontoknya bulu-bulu kucing tersebut. Sampai suatu hari ketika Tissa hendak pergi dan membuka pintu keluar rumah “Jegreeek.” Suara pintu berbunyi, dan tiba-tiba saja Cira lari keluar melewati pintu depan. “Ciraaaaaa!!” Shock dan panik Tissa pun mengejar Cira yang lari keluar. Dengan sekuat tenaga Tissa berlari mengejar kucing kesayangannya itu tapi Cira berlari sangat kencang sampai-sampai tidak terlihat lagi. Tissa pun sedih dan pulang kembali ke rumah, menceritakan kejadian itu kepada ayah dan ibunya.
            Ayahnya pun berjanji untuk menemukan Cira kembali dan setiap hari nya ia menyempatkan waktu untuk mencari Cira. Semakin hari Cira hilang, perasaan Tissa pun semakin sedih karena rasa sayang yang begitu kuat kepada Cira, terkadang terbesit pikiran kenapa Cira lari begitu saja, sampai-sampai suatu malam di dekat rumah Tissa dengan udara yang mulai dingin, Tissa ingin melakukan pencarian Cira untuk terakhir kalinya, dan dari kejauhan di semak-semak terlihat dua mata yang menyala-nyala di malam hari, sedikit takut melihatnya, tetapi Tissa memberanikan diri untuk melihat sesuatu itu, dan ternyata tak lain itu adalah Cira kucing yang hilang. Keadaanya sudah kurus karena jarang nya mendapat makanan, bulu nya pun sudah rontok dan tidak rapih lagi seperti di rumah biasanya ia dimandikan, dan terlihat Cira gemetar karena hawa dingin malam yang makin lama semakin larut. “Ciiiiraaa ini aku Tissa, kamu ngapain disini ayo kita pulang.” Sambil menangis sedih bercampur gembira, tak lama setelah itu Tissa menggendong Cira seperti setiap harinya ia digendong. “Meonggg.” Dengan suara lelah Cira bersuara, dan Tissa menjawab “Iya cir kita pulang ya sekarang.”
            Tissa pun memberi tahu ayah dan ibu nya bahwa Cira secara tidak sengaja ditemukan di semak-semak pada malam hari, untung saja Tissa memberanikan diri untuk melihat objek yang menyala dari kejauhan saat itu. Perasaan lega terlihat dari diri Tissa yang kini memiliki kembali dua ekor kucing kesayangannya.
            Sampai pada tahun berikutnya tiba-tiba terlihat dari perut Cira sedikit membesar, lalu Tissa berfikir apakah Cira hamil atau tidak, tak lama setelah tissa mengetahui itu, ia langsung menelefon Ayahnya untuk dipanggilkan dokter hewan, melihat kondisi fisik Cira yang berubah semakin membesar di area perutnya. Sesampai nya dokter di rumah dan setelah mengecek keadaan kucing Tissa ia berkata “Iya, kucing kamu ini hamil udah ada sekitar tiga bulanan, yang hitam ini perempuan dan yang putih ini laki-laki.” Tissa pun senang melihat Cira mempunyai kandungan di perutnya, tetapi sedikit takut dengan apa yang harus dilakukannya. “Terus dok, kalo Cira hamil aku harus ngapain?” dan setelah Tissa bertanya, dokter pun memberi tahu apa yang harus dilakukannya, didengarkan oleh ayah dan ibu Tissa juga.

            Sewaktu Tissa sendiri di rumah, ayah dan ibu nya sedang pergi keluar, terdengar suara kucing mengeong yang berulang –ulang dari lantai bawah, Tissa pun yang sedang berada di kamar lantai dua turun kebawah untuk melihat kucing-kucing kesayangannya. “Yaampuuun ciraaa.” Dengan nada yang besar Tissa berkata, sambil melihat Cira yang sedang menjilati kedua anak yang baru saja dilahirkannya. Tissa pun segera ke dapur untuk mengambil gunting, karena ingat perkataan dokter yang mengharuskan menggunting tali pusar jika anak kucing nya lahir. Tidak lupa untuk mencuci nya dengan air hangat agar gunting nya dalam keadaan steril. Mendekati ke Cira yang bersuara terus menerus Tissa rada panik karena melihat kedua anak Cira yang berlumuran darah dan masih tersambung tali pusar nya dengan placenta. “Aduh ini gimana ya motongnya.” Tissa bergumam sendiri karena dalam keadaan yang genting tetapi dia hanya sendiri di rumah dan bingung harus berbuat apa. Agak ragu tapi pasti, Tissa pun langsung mendekati gunting ke tali pusar anak yang baru saja lahir itu. “ceklek.” Suara gunting pun memutuskan tali pusar dan placenta yang awalnya tersambung di kedua anak kucing itu. Tak lama setelah itu Cira pun menjilati kedua anaknya dan membiarkan kedua anaknya untuk menyusu kepada ibunya. Tissa pun merasa lega karena berhasil memotong tali pusar kedua anak kucing yang lucu-lucu itu. “Hebat ya kamu ciraaaa, sekarang udah jadi ibuuu!” Ujar Tissa sambil mengelus Cira. Gipsy pun sang ayah dari Cira ikut mendekati istrinya untuk menjaga kedua anak mereka, dan sampai sekarang, Tissa mempunya empat ekor kucing yang semua selalu ia rawat dan pelihara, karena rasa sayang yang tidak pernah habis pada saat melihat Cira di toko penjualan hewan, sampai sekarang.

1 komentar: