Rabu, 23 April 2014

Tugas UTS Cerpen



Isyarat Dibalik Mimpi
Suatu ketika aku sedang duduk termenung di depan jendela kamar sambil memandangi pantai. Ombak bergulung-gulung sesekali menghamparkan ombaknya ke batu karang, sore hari menjelang magrib nampak matahari yang terbenam menambah keindahan di pantai ini. Seakan perasaan cemas mimpi semalam hilang begitu saja. Lalu Ibu datang menghampiriku yang sedang termenung di depan jendela kamar yang sedang memandangi pantai.
“Apa yang sedang kau pikirkan Nak? Apakah kau sedang punya masalah? Cobalah berbagi cerita dengan Ibu.”
“Emm..emm.. tidak Bu aku tidak memikirkan apa-apa dan aku tidak punya masalah, tenang saja Bu aku baik-baik saja kok.”
”Jangan bohong ya Nak, jika kamu punya masalah jangan sungkan cerita dengan Ibu.”
“Baik bu…” katanya sambil tersenyum manis.
“Yasudah kalau begitu Ibu mau merapikan barang-barang Ayah yang akan dibawa keluar kota esok hari. Oh iya Ratna hari sudah malam tutuplah jendela kamarmu.”
“Baik Bu.”
*****
Setelah aku tutup jendela kamar, aku segera ke kamar Ibu, terlihat Ibu sedang sibuk mengemas barang-barang yang akan dibawa oleh ayah keluar kota esok hari. 
“Bu sini aku bantu mengemas barang-barang yang akan dibawa ayah esok. Ibu sedang sakit ya? sebaiknya Ibu istirahat saja, biar yang mengemas barang-barang aku.”
“Tidak Nak, Ibu baik-baik saja,” dengan wajah pucat dan batuk-batuk.
“Tuhkan benar kataku Ibu sedang sakit muka Ibu terlihatpucat sekali.”
“Ini hanya kecapaian saja Nak.”
“Kalau begitu aku ambilkan obat dan air dulu ya Bu, Ibu berbaring saja di tempat tidur.”
Ketika Ibu sudah meminum obat, aku kembali mengemas barang. Ketika aku sedang mengemas barang-barang yang akan dibawa ayah esok hari, sepulang kerja Ayah langsung menghampiri Ibu yang sedang terbaring di kasur dengan wajah pucat.
“Ibu ada apa dengan mu? tubuhmu terlihat lemas sekali.”
“Tidak  Ibu tak apa-apa kok yah, Ibu hanya butuh istirahat sebentar saja.”
“yasudah kalau begitu Ibu istirahat saja! Oh iya bu, anak kita yang cantik itu kemana ya? (Ayah belum mengetahui keberadaan Ratna). Aku ada hadiah untuk Ratna.”
“Coba ayah menoleh ke sebelah kanan.”
Ayah menolehkan kepala ke sebelah kanan dan berkata,“ waaah.. rupanya anak kesayangan Ayah ada di sana. Sedang apa kamu Nak?”
“Em… ini Yah, aku sedang mengemas barang-barang yang akan ayah bawa ke luar kota esok.”
“Waaah rajin sekali anak Ayah, sini sayang Ayah ada hadiah ulang tahun untukmu”.
Dengan wajah bingung dan bertanya,” Yah kan ulang tahunku masih dua hari lagi, kenapa ayah memberikan hadiahnya sekarang?”
”Maafkan Ayah Nak, Ayah tak bisa menemanimu saat kau ulang tahun nanti. Ayah harus melaksanakan tugas ke luar kota.” Kemudian ayah memberikan kadonya kepadaku.
“Baiklah Ayah, terimakasih ya Ayah atas hadiah dan doanya, semoga di ulang tahunku berikutnya kita dapat merayakan dan berkumpul bersama ya.” Dengan nada sedih.
Ayah dan Ibu tersenyum dan memeluk erat putri semata wayangnya. Karena hari semakin malam, aku pamit kepada Ayah dan Ibu untuk kembali ke kamarku.
*****
Pukul 04.30 pagi aku, Ibu, dan Ayah sudah bangun. Ayah segera mandi, sedangkan Ibu merapikan dan memeriksa kelengkapan barang yang akan dibawa ayah.  Sementara aku pun mandi agar tidak terlambat ke sekolah. Jarak rumah ke bandara yang jauh yaitu dengan membutuhkan waktu empat jam. Tepat pukul 06.00 pagi Ayah segera pamit dan tak lupa Ayah menasihatiku untuk selalu jaga Ibu dengan baik karena belakangan ini Ibu kurang sehat. Ibu harus jaga diri, pola makannya dijaga, dan rawat baik-baik anak semata wayang ini,” kata ayah kepada Ibu. Begitu sebaliknya aku dan ibu pun memberikan nasihat untuk Ayah dan jangan lupa selalu kabari keadaan Ayah. Senyuman Ayah saat keluar rumah begitu tersirat di wajahku. Aku takut akan mimpiku menjadi kenyataan karena ini pertama kalinya Ayah kerja keluar kota. Aku mencoba memalingkan pikiranku dari mimpi yang belakangan ini hadir dalam tidurku. Aku segera bergegas pamit dengan Ibu untuk berangkat sekolah.
Ayah bekerja keluar kota selama seminggu. Ketika ayah sudah sampai di Bandara Soekarno Hatta, Ayah segera memberi kabar kepada aku dan Ibu. Pukul 10.00 pagi ayah take of dari Bandara Soekarno Hatta menuju Kalimantan. Ayah tiba di Bandara Tjilik Riwut kurang lebih dua jam dan langsung melanjutkan perjalanan ke hotel. Pada saat Ayah berangkat sampai ayah tiba di hotel Ayah selalu memberi kabar kepada aku dan Ibu. Siang itu sekitar jam 13.00 Ayah SMS aku dan Ibu untuk memberi kabar.
Sehari sudah ku lewati tanpa sosok seorang Ayah di rumah, suasana rumah di malam hari terasa begitu sunyi. Aku rindu akan kehadiran canda, tawa, dan sapaan manja ayah. Tepat pukul 00.00 kotak musik hadiah ulang tahun dari ayah berbunyi. Lantunan lagu dari kotak musik begitu indah tapi aku sangat sedih di ulang tahunku kali ini tidak dapat merayakan dengan Ayah.
Sudah tiga hari Ayah tidak memberikan kabar kepada aku dan Ibu. Aku mulai resah dengan keadaan Ayah. Ayah setiap kali aku telpon nyambung namun tidak ada jawaban darinya dan aku coba untuk SMS tapi Ayah tidak juga membalas SMSku. Aku takut mimpi aku menjadi kenyataan. Ibu pun terlihat cemas dan mulai jatuh sakit memikirkan keadaan Ayah. Hati kecilku bertanya-tanya,” apakah Ayah sudah lupa dengan keluarga kecilnya ini, apakah sesibuk itu Ayah tidak mengabari aku dan Ibu di rumah, apakah Ayah tidak merasakan ikatan batin yang aku dan Ibu rasa selama kepergian Ayah bertugas?” lagi-lagi aku teringat akan mimpiku, aku berharap mimpiku tak kenyataan.
Menurut  perhitungan waktu seharusnya Ayah sudah pulang ke rumah, bahkan waktu itu sudah terlewat tiga hari, Ayah sudah meninggalkan rumah selama sepuluh hari. Mengapa sampai saat ini belum ada kabar dari Ayah. Tiba-tiba saja ketika aku sedang di kamar handphone aku berdering, kukira Ayah meneleponku, rupanya yang meneleponku teman dekat Ayah, ia merupakan orang kepercayaan keluargaku.
“Hallo selamat sore, apakah ini Dek Ratna anaknya Pak Muis,?,” tanyanya.
“Sore Pak, iya benar saya Ratna anak Pak Muis. Ada apa ya Pak?’’ jawab dengan nada lembut.
“Ratna ini Pak Galuh, Bapak hanya ingin menyampaikan keadaan Ayahmu.”
“Iya Pak aku kenal sekali kok dengan suara Bapak, ada apa dengan Ayah Ratna?’’ tanyaku dengan nada cemas.
“Maaf sebelumnya Ratna, Bapak baru memberi tahumu, Bapak melihat Ayahmu datang ke hotel dan keluar hotel dengan wanita cantik yang jauh lebih muda dari Ayahmu, tidak hanya itu saja Bapak sering melihat Ayahmu pergi bersama, mereka terlihat mesra sekali.”
“Apa Pak? Gak-gak mungkin Ayahku seperti itu.” Bentakku.
“Kalau kamu tidak percaya Bapak akan ngirim foto-foto Ayahmu bersama wanita itu.”
“Yasudah Pak aku tunggu ya buktinya! maaf jika aku kurang sopan. Oh ya Pak, jika Bapak sedang dengan Ayahku sampaikan Aku dan Ibu rindu. Ibu sedang jatuh sakit memikirkan keadaan Ayah yang tidak ada kabar selama seminggu lebih.”
“Baik Dek Ratna akan Bapak sampaikan, sebaiknya cerita ini jangan diceritakan ke Ibumu dulu ya?”
“Iya Pak tenang saja.’’ Kataku mulai malas.
“Selamat sore Ratna.” Sambil menutup teleponnya.
Setelah selesai berbincang-bincang ditelepon dengan Pak Galuh, sekitar lima menit terdengar dering WhatsApp. Rupanya Pak Galuh memberikan bukti-bukti itu. Tak sanggup aku melihat foto-foto itu, akupun menjatuhkan air mata dan hati seperti tangan yang terpotong pisau (perih atau sakit). Aku tidak menyangka Ayahku seperti ini. Aku harus menjaga rahasia ini dari Ibu, aku tidak ingin sakit ibu tambah parah. Aku harus menjaga, merawat Ibu dengan sungguh-sungguh agar Ibu lekas sembuh dan bisa menemani hidupku. Ternyata mimpi yang sering hadir dalam tidurku belakangan ini benar terjadi dalam kehidupanku sekarang ini. Jam 20.00 Ayah meneleponku.
“Hallo apa kabar anakku?’’ tanya Ayah ditelpeon dengan lembut.
“Baik.” Jawabku dengan singkat.
“Nak Ayah dengar Ibu sedang sakit ya? Bolehkah Ayah berbicara dengan Ibu?’’
“Iya Ibu sedang sakit. Maaf Yah, Ibu sedang istirahat tidak bisa diganggu. Ayah kemana aja baru telpon aku? Aku SMSin, aku telponin tak pernah ada jawaban dari Ayah? Apakah Ayah sudah melupakan Aku dan Ibu? Atau jangan-jangan Ayah punya perempuan simpanan di sana sehingga lupa dengan Aku dan Ibu?” tanya aku dengan nada ketus dan nada tinggi.
‘’Nak Ayah tidak seperti itu dan memberikan alasan lain…..”
“Tidak Aku sudah tau semuanya yang Ayah lakukan di sana.”
“Kamu kenapa bisa berprasangka seperti itu kepada Ayah?” tanya Ayah.
“Aku berani ngomong seperti ini karena sudah ada bukti Yah, ternyata mimpi dan kecurigaan aku ini benar. Sebaiknya Ayah segera cepat pulang Ibu sedang sakit karena memikirkan Ayah yang tak pernah ada kabar selama seminggu ini.
“Iya Ayah besok pagi akan pulang ke rumah. Maafkan Ayahmu ini Nak, Ayah khilaf aku sangat berdosa sekali denganmu dan Ibumu.”
“Iya, sudah ya Yah aku mau tidur selamat malam.”
“Malam anakku Ratna.”
*****
Keesokan harinya ketika aku pulang dari sekolah, Ayah sudah tiba di rumah sedang merawat Ibu yang sedang sakit. Rasa benci, kesal, dan marah aku kepada Ayah hilang ketika melihat Ayah sedang merawat Ibu. Tapi jika teringat akan kejadian itu hatiku sakit sekali. Tapi aku tidak boleh membencinya, bagaimana pun Ayah adalah orang tuaku yang harus aku hormati. Aku berharap semoga kejadian ini tidak terulang lagi dan Ayah dapat mengambil hikmah dari perbuatan yang ia lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar