Rabu, 09 April 2014

Bawang Putih Bawang Merah



 BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH
Oleh: Sri Wahyuni (1112046100022)

      Alkisah, hiduplah sebuah keluarga yang hidup dengan tenteram dan damai. Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu dan anak semata wayangnya bernama Bawang Putih. Namun, ketenteraman dan kedamaian ini terganggu lantaran si ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian tersebut membuat keluarga kecil itu bersedih karena kehilangan orang yang dicintai.
      Tak jauh dari rumah mereka, tinggalah seorang janda dan putrinya bernama Bawang Merah. Ketika ibu Bawang Putih telah meninggal, kedua orang ini sering datang ke rumah Bawang Putih. Pada awalnya, antara ibu Bawang Merah dengan ayah Bawang Putih hanya saling berbincang saja. Namun, lama-kelamaan, timbul juga pemikiran di pikiran ayah Bawang Putih untuk mempersunting ibu Bawang Merah. Ayah Bawang Putih tidak ingin putri semata wayangnya tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu.
     Setelah berdiskusi dengan Bawang Putih, keduanya pun melangsungkan pernikahan. Saat baru menikah, ibu tiri dan Bawang Merah sangat baik terhadap Bawang Putih. Akan tetapi, ternyata itu hanyalah kamuflase keduanya. Diam-diam, keduanya merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Bawang Putih.
     Maka, ibu tiri dan Bawang Merah menyuruh Bawang Putih melakukan banyak pekerjaan rumah yang berat-berat. Tentunya, semua beban ini tidak diceritakan Bawang Putih kepada ayahnya. Lagipula, setelah menikah dengan ibu Bawang Merah, ayahnya bukannya kunjung bahagia melainkan malah sakit-sakitan yang berujung pada kematiannya.
     Bawang Putih yang sedih mengetahui dirinya sebatang kara tetap tak bisa berbuat apapun dihadapan ibu tiri dan Bawang Merah. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah mematuhi perintah ibu dan saudara tirinya. Bawang Putih berharap keduanya bisa berubah. Namun, mereka malah semakin menjadi-jadi.
     Suatu hari, ketika Bawang Putih pergi ke sungai untuk mencuci, baju kesayangan ibu tirinya hanyut terbawa arus sungai. Bawang Putih melapor kepada ibu tirinya. Namun, bukannya mengasihaninya, ibu tiri Bawang Putih malah menyuruh untuk mencarinya sampai ketemu. Jika tidak, Bawang Putih tidak diperbolehkan pulang.
     Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari baju kesayangan ibu tirinya. Namun, sejauh kakinya melangkah, ia tidak menemukan baju kesayangan ibunya. Padahal hari sudah malam. Bawang Putih hampir saja menangis jika tidak melihat lampu minyak di gubuk tepi sungai. Bawang Putih pun menghampirinya.
                                                                     *****      
Tok. Tok. Tok. Bawang Putih mengetuk pintu gubug itu, Kemudian ada seseorang nenek membuka pintu.
 “Siapa kamu Nak?” tanya nenek itu.
 “Saya Bawang Putih Nek, tadi saya sedang mencari baju ibu tiri saya yang hanyut di sungai, tapi saya malah kemalaman, bolehkah saya tinggal semalam di sisni Nek?”. Ujar Bawang Putih.
“Tapi gubuk ini sangat kecil dan banyak nyamuk Nak”.
“Tidak mengapa Nek, yang penting saya ada tempat berlindung sementara malam ini”.
“Tapi kalau boleh nenek tahu apakah baju yang kamu cari itu baju yang  berwarna merah jambu ini?.
“Iya Nek, benar sekali, bolehkah saya mengambil baju itu Nek?”.
“Baiklah Nak, kau boleh mengambil baju ini dan kau juga boleh menginap di sini, tapi ada satu syarat, kamu harus tinggal di sini sampai anak nenek sembuh”
            Bawang Putih pun langsung melihat keadaan anak nenek itu yang tepatnya berada di ruang depan pintu, wajah pemuda (anak nenek) itu terlihat dipenuhi dengan koreng dan nanah, karena Bawang Putih merasa iba, akhirnya Bawang pun menyetujui persyaratan dari nenek itu. Pada malam itu nenek bercerita tentang anaknya yang sedang sakit itu, bahwa anaknya itu telah dikutuk oleh seorang wanita sihir yang mempunyai dendam kepada keluarganya, yang akhirnya anaknya ini menjadi pelampiasan dendam wanita sihir itu sehingga wajahnya menjadi buruk rupa dan tidak sadar-sadar sampai saat ini. Lalu Bawang Putih pun berkata: “Apakah mantra wanita sihir itu masih bisa dipecahkan Nek?”. Akan tetapi nenek hanya diam dan masih merahasiakan sesuatu kepada Bawang Putih
Keesokan harinya Bawang Putih di minta nenek untuk mencarikan obat-obatan di hutan, setibanya bawang putih di hutan dia menemukan sebuah daun yang berwarna emas, dan dia berpikir bahwa daun itu pasti bisa menyembuhkan penyakit pemuda itu. Setibanya di gubuk, Bawang Putih langsung memberi tahukan kepada nenek tentang daun emas itu. Kemudian nenek langsung meminumkan ramuan dari daun emas kepada pemuda itu. Alhasil pemuda itu pun mulai terbangun dari tidur panjangnya, akan tetapi badannya masih terbujur kaku, dan nenek pun sangat merasa senang melihat perkembangan anaknya itu, dan Bawang Putih pun tersenyum.
Akhirnya Bawang Putih menagih janji nenek itu yang akan memberikan baju milik ibu tirinya jika anaknya sudah sembuh, dan akhirnya nenek memberikan baju milik ibu tiri Bawang Putih, walau pun sebenarnya berat hati sang nenek untuk melepas pergi Bawang Putih. Dan akhirnya Bawang putih pulang ke rumahnya.
Setibanya di rumah, Bawang Putih pun langsung menemui ibu tirinya untuk memberikan baju milik ibu tirinya itu. Akan tepi ibu tiri Bawang Putih marah dan berkata:
“Dari mana saja kamu sudah sekian lamanya kamu baru pulang?”.
“Maaf ibu saya selama ini tinggal di sebuah gubug karena ada seorang nenek yang menemukan baju itu dan saya diberikan syarat untuk tinggal di sana jika ingin bajunya dikembalikan”
“dasar anak bodoh”. (ibu tirinya sambil mendorong Bawang Putih sampai terjatuh).
            Bawang Putih pun menangis dan langsung lari ke dalam kamarnya. Di rumahnya dia selalu di siksa oleh ibu dan saudara tirinya, setiap hari Bawang Putih selalu di caci maki dan di pekerjakan seperti pembantu di rumahnya sendiri. Hari pun sudah mulai malam, Bawang Putih mulai merasakan lapar, karena belum makan dari pagi, kemudian Bawang Putih pergi ke dapur untuk mencari makanan, akan tetapi Bawang Putih tidak menemui makanan sedikit pun.     Bawang Putih pun merasa jenuh dengan keadaan seperti saat ini. Dan beberapa bulan kemudian Bawang Putih teringat kepada nenek dan pemuda yang tinggal di gubuk tua itu, Bawang Putih pun berinisiatif untuk menjenguk nenek di gubuk itu, ketika Bawang Putih sampai di hutan, dia langsung mencari gubuk nenek itu, akan tetapi gubuk itu ternyata sudah tidak berpenghuni, Bawang Putih pun langsung mencari nenek dan pemuda itu di dalam hutan. Setelah lamanya dia mengelilingi hutan akan tetapi Bawang Putih tetap tidak menemui nenek dan pemuda itu. Bawang Putih pun mulai putus asa, dan bersedih. Hari pun mulai malam, Bawang Putih mulai kelelahan dan kedinginan, tanpa sadar dia tertidur di bawah pepohonan.
            Keesokan hari Bawang Putih terbangun, kebingungan melihat ke kiri dan ke kanan yang tenyata dia sudah berada di dalam rumah seorang janda muda yang bernama Himawari yang tidak memiliki anak. Hima pun bercerita bahwa tidak lama ini dia menemukan seorang pemuda dan nenek-nenek yang terhanyut di terbawa arus sungai, Hima pun langsung menolong nenek dan pemuda itu, akan tetapi yang tertolong nyawanya hanyalah pemuda itu, sementara sang nenek telah tiada. Mendengar cerita itu Bawang Putih pun langsung menangis dan langsung melihat keadaan pemuda itu. Ternyata keadaan pemuda itu pun semakin memburuk, Bawang Putih pun sangat merasa bersalah karena telah meninggalkan nenek dan pemuda itu, air mata Bawang Putih pun terjatuh di atas wajah sang pemuda yang buruk rupa itu, sambil berkata: “ Maafkan putih Nek, Putih sangat menyesal karena suda meninggalkan nenek dan anak nenek, Putih janji, Putih akan menjaga dan merawat anak nenek setulus hati Putih samapi dia sembuh”.
            Kemudian keajaiban pun datang, pemuda itu terbangun dan wajahnya yang buruk itu berubah serentak menjadi tampan, Bawang Putih dan Hima pun terkejut melihat keajaiban yang datang itu yang ternyata pemuda yang buruk rupa itu adalah seorang putra raja dari Kerajaan Timur. Sangat sulit rasanya Bawang Putih dan Hima untuk mempercayainya, akan tetapi melihat kenyataan yang seperti ini adanya, akhirnya Bawang Putih dan Hima pun mempercayainya.
            Tiga bulan kemudian akhirnya Bawang Putih dan pangeran pun hendak melangsungkan pernikahan, dan berita ini langsung  terdengar oleh ibu tirinya dan Bawang Merah. Bawang Merah dan ibu tirinya pun langsung menghampiri Bawang Putih untuk meminta maaf kepada Bawang Putih atas semua kesalahannya, karena hati Bawang Putih yang begitu baik akhirnya Bawang Putih memaafkan ibu dan saudara tirinya itu. Dan tibalah saatnya pernikahan Bawang Putih dengan pangeran. Dan akhirnya Bawang Putih dan sang pangeran pun hidup dengan tentram dan damai di istana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar