Pertemuan Dibalik Sebuah Bencana
Pagi hari tepat pukul 07.00 di posko pengungsian
korban gempa semua orang sibuk mencari tahu tentang keluarga mereka yang
hilang. Gempa hebat yang terjadi semalam membuat semua orang sibuk
menyelamatkan diri hingga terpisah dari keluarga mereka. Hal itu juga dirasakan
oleh Mirna, anak umur 9 tahun yang kehilangan kedua orang tuanya. Pada saat
gempa terjadi, ia diselamatkan oleh pengasuhnya. Orang tuanya saat itu sedang
tidak berada di rumah dan ia hanya berdua dengan pengasuhnya.
Mirna hanya bisa menangis karena hingga saat ini orang
tuanya belum ditemukan. Pengasuh Mirna sekarang ada di ruang pengobatan karena
ia terluka akibat terjatuh saat menyelamatkan diri dengan Mirna. Kini Mirna sangat merasa kesepian
karena orang-orang terdekatnya tidak berada disampingnya. Relawan-relawan yang
ada di posko pengungsian sangat prihatin dengan keadaan Mirna. Mirna adalah
anak yang cantik dan lugu. Rasanya tidak adil jika hal seperti ini sudah dirasakannya
saat usianya baru 9 tahun.
Sarapan sudah siap untuk para pengungsi. Semua
pengungsi sudah mengantre di dapur untuk mengambil makanan. Mirna masih duduk terdiam
dan menangis. Salah satu relawan yang sangat prihatin dan peduli dengan Mirna
yaitu Kak Sely,
mengajak Mirna untuk makan bersama.
“Mirna, makan dengan Kakak yuk!” Ajak Kak Sely.
“Nggak mau. Aku nggak mau makan kalau ayah sama ibu belum ditemukan.”
“Nanti orang tuamu pasti ketemu kok. Percaya deh
sama aku. Sekarang kamu makan dulu ya nanti sakit. Memangnya kamu mau kalau nanti
ayah sama ibu melihat kamu sakit?”
“Nggak mau. Aku mau ayah sama ibu melihat aku baik-baik aja.”
“Yaudah, sekarang kamu makan ya.”
“Iya Kak, aku makan.”
Akhirnya rayuan Kak Sely mengajak Mirna makan
berhasil dan Mirna berhenti menangis. Setelah makan, Kak Sely mengajak Mirna untuk
bermain ke luar bersama anak-anak yang lainnya. Ajakan Kak Sely kali ini tidak
berhasil, karena Mirna tidak ingin melihat ada anak yang sedang bermain bersama orang tuanya
masing-masing. Pemandangan seperti itu akan membuat Mirna menangis lagi karena
teringat orang tuanya. Dengan alasan Mirna yang seperti itu, Kak Sely tidak bisa memaksa.
Mirna masih memikirkan nasib kedua
orang tuanya. Ia pun menangis lagi karena mengingat kedua orang tuanya. Kak
Sely yang melihat Mirna menangis menghampiri Mirna dan bertanya.
“Loh, kamu kok nangis lagi?” Tanya Kak Sely.
“ Aku memikirkan kedua orang tuaku lagi Kak. Dimana mereka sekarang?
Sedang apa? Dan bagaimana keadaan mereka sekarang?”
“Kamu harus yakin kalau ayah sama ibu kamu baik-baik
saja. Kamu berdoa aja, semoga Allah selalu melindungi mereka.”
“Aku pasti doakan Kak. Tapi bagaimana kalau mereka nggak bisa ditemukan? Aku sama siapa
nanti? Aku nggak punya siapa-siapa lagi disini kak.”
“Hus, kamu nggak boleh ngomong kayak
gitu. Kan masih ada Kak Sely, relawan-relawan yang lain, teman-teman kamu disini
juga.”
“Terima kasih ya Kak. kakak baik banget sama aku.”
“Iya sayang sama-sama. Aku ke tempat relawan dulu ya.
Kalau kamu mau main ke luar saja.”
Kak Sely kembali ke tempat relawan untuk
melanjutkan tugasnya. Kak Sely melanjutkan tugasnya yang tadi tertunda karena
menghampiri Mirna yang sedang menangis. Kak Sely sibuk merapihkan bantuan-bantuan
yang datang untuk korban gempa.
Setelah Kak Sely selesai merapihkan
bantuan-bantuan yang datang, ia ke luar menuju papan daftar pencarian korban
yang hilang. Ia langsung mencari nama orang tua Mirna dan keterangan di papan itu masih dalam
pencarian.
“Betapa kasihan Mirna, di umur yang masih 9 tahun ia harus menghadapi cobaan
berat seperti ini,” ucapnya sendiri.
Kak Sely jadi teringat saat orang
tuanya memutuskan untuk berpisah. Saat itu ia merasa dunia ini sungguh tidak
adil kepadanya. Kenapa orang yang ia sayangi harus membuat keputusan seperti itu? Walapun kejadian yang
pernah ia alami berbeda dengan Mirna, tetapi hal yang ia rasakan sama dengan Mirna yaitu
sama-sama merasakan kehilangan orang yang disayang. Kak Sely tidak ingin
berlarut-larut dalam kesedihan. Ia langsung mengakhiri ingatan masa lalunya dan
pergi ke dapur menyiapkan makan siang untuk para pengungsi.
Di kerumunan pengungsi yang sedang
mengambil makan siang, Kak Sely melihat Mirna. Ia merasa senang karena sekarang Mirna sudah mulai kembali
ceria tidak seperti tadi pagi.
“Hai Mirna,” panggil Kak Sely dari kejauhan.
Mirna hanya membalas sapaan dari Kak Sely dengan melambaikan
tangannya sambil tersenyum.
Mirna makan siang di luar posko
sambil melihat anak-anak yang sedang bermain. Ia merasa bosan kalau di dalam
terus. Dalam hatinya, ia ingin sekali ikut bermain bersama anak-anak yang
lainnya. Akhirnya ia memutuskan setelah makan akan ikut bermain.
Mirna larut dalam keceriaan anak-anak
yang sedang bermain dengannya. Ia kini memiliki teman baru yang sangat baik
kepadanya. Seketika ia melupakan kesedihannya yang sejak pagi ia rasakan. Saat
ia sedang bermain, ia melihat Bi Asih pengasuhnya. Bi Asih menghampiri Mirna dengan jalan
terpingkal-pingkal.
“Bi Asih...,” teriak Mirna sambil
berlari.
“Mirna...,” sahut Bi Asih.
“Bi Asih kemana aja? Aku kesepian disini. Ibu sama
ayah belum ditemukan Bi.”
“Kaki bibi luka, jadi bibi ke ruang pengobatan. Yaudah
jangan sedih lagi, kan Bi Asih sekarang ada disini.”
Mirna dan Bi Asih melepas rindu seperti
sudah berhari-hari tidak bertemu. Padahal mereka terpisah hanya beberapa jam.
Jelas saja, Bi Asih selalu
menemani Mirna kapan pun dan dimana pun.
Hari sudah semakin malam, Mirna dan Bi Asih masih menunggu kabar
tentang keberadaan orang tua Mirna. Saat mereka sedang berbincang-bincang, Kak Sely datang menghampiri
Mirna dan Bi Asih.
Mirna memperkenalkan bi Asih ke kak Sely.
“Hai Kak Sely, kenalkan ini Bi Asih pengasuhku di rumah.”
“Hai Bi Asih, saya Sely relawan disini.”
“Oh ini toh yang namanya Mbak Sely yang tadi diceritakan
Mirna. Terima kasih ya Mbak Sely sudah menemani Mirna.”
“Iya Bi, sama-sama. Saya juga sangat senang menemani Mirna. Mirna
anak yang baik dan lucu. Oh iya, saya sudah dapat kabar mengenai Ibunya Mirna.
Ibu Mirna masih hidup dan keadaannya baik-baik aja. Saya dapat kabar dari pak
Broto tadi,” jelas Kak Sely.
“Alhamdulillah, ibu sudah ditemukan. Tetapi bagaimana
dengan ayah?” Tanya Mirna.
“Aku juga belum tahu bagaimana keadaan ayahmu. Semoga
ia juga baik-baik saja.”
“Amin..,” sahut bi Asih dan Mirna.
“Terima kasih Kak atas infonya.”
“Iya sama-sama. Yasudah sekarang Mirna dan Bi Asih tidur aja. Ibu
Mirna kemungkinan akan datang besok pagi. Selamat malam.”
Mirna dan Bi Asih akhirnya memutuskan untuk
tidur.
Keesokan harinya, Mirna dan Bi Asih
terkejut karena mereka kedatangan sosok wanita yang mereka tunggu-tunggu yaitu
ibu dari Mirna. Mirna langsung memeluk ibunya dan menangis.
“Aku kangen sama ibu. Ibu baik-baik aja kan? Oh
iya ayah kemana bu?” Tanya Mirna.
“Iya, ibu juga kangen sama kamu. Ibu baik-baik aja
kok nak. ayahmu sudah tidak ada nak. Ia ditemukan meninggal saat dievakuasi.
Ibu kesini untuk menemuimu dan mengajakmu ke tempat ayah disemayamkan,” jelas
ibu sambil menangis terisak-isak.
Mirna tidak bisa berkata-kata
mendengar penjelasan ibu bahwa ayahnya sudah tidak ada. Ia hanya bisa menangis.
Bi Asih yang ada disamping Mirna juga menangis.
Kak Sely yang mendengar suara
tangisan Mirna langsung menghampiri Mirna ke dalam dan ia kaget karena ada
wanita yang tidak asing baginya.
“Ibu kok ada disini?” Tanya kak Sely.
“Sely? Kamu Sely Indriyana kan?”
“Iya ibu, ini Sely.”
Mereka berpelukan dan menangis.
Ternyata Ibu Mirna
adalah ibu kandung kak Sely. Mirna memang anak tiri. Ibu dan Kak Sely sudah berpisah
semenjak ibu dan ayah kak Sely memutuskan untuk bercerai. Kak Sely ikut tinggal bersama
ayahnya di Jakarta, sementara ibu pindah kesini tanpa sepengetahuan Kak Sely. Mirna dan Bi Asih bingung dengan apa
yang terjadi. Setelah diceritakan mengenai kejadiannya, Mirna dan Bi Asih mengerti.
Ibu, Mirna, Bi Asih dan Kak Sely memutuskan untuk
pergi ke tempat Ayah Mirna disemayamkan. Setibanya disana, Mirna, ibu, Bi Asih dan bahkan Kak Sely tak kuasa menahan air
mata mereka. Mirna merasa sangat terpukul atas kepergian ayahnya.
Bencana ini selain menimbulkan luka
dan kesedihan, tetapi menciptakan kebahagiaan juga yaitu bertemunya ibu dan
anak yang sudah berpisah selama bertahun-tahun. Setiap bencana atau musibah
pasti ada hikmahnya, mungkin ini adalah hikmah dibalik bencana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar