Senin, 21 April 2014

Cerita Pendek

Pertemuan Dibalik Sebuah Bencana

Pagi hari tepat pukul 07.00 di posko pengungsian korban gempa semua orang sibuk mencari tahu tentang keluarga mereka yang hilang. Gempa hebat yang terjadi semalam membuat semua orang sibuk menyelamatkan diri hingga terpisah dari keluarga mereka. Hal itu juga dirasakan oleh Mirna, anak umur 9 tahun yang kehilangan kedua orang tuanya. Pada saat gempa terjadi, ia diselamatkan oleh pengasuhnya. Orang tuanya saat itu sedang tidak berada di rumah dan ia hanya berdua dengan pengasuhnya.
Mirna hanya bisa menangis karena hingga saat ini orang tuanya belum ditemukan. Pengasuh Mirna sekarang ada di ruang pengobatan karena ia terluka akibat terjatuh saat menyelamatkan diri dengan Mirna. Kini Mirna sangat merasa kesepian karena orang-orang terdekatnya tidak berada disampingnya. Relawan-relawan yang ada di posko pengungsian sangat prihatin dengan keadaan Mirna. Mirna adalah anak yang cantik dan lugu. Rasanya tidak adil jika hal seperti ini sudah dirasakannya saat usianya baru 9 tahun.
Sarapan sudah siap untuk para pengungsi. Semua pengungsi sudah mengantre di dapur untuk mengambil makanan. Mirna masih duduk terdiam dan menangis. Salah satu relawan yang sangat prihatin dan peduli dengan Mirna yaitu Kak Sely, mengajak Mirna untuk makan bersama.
“Mirna, makan dengan Kakak yuk!” Ajak Kak Sely.
Nggak mau. Aku nggak mau makan kalau ayah sama ibu belum ditemukan.”
“Nanti orang tuamu pasti ketemu kok. Percaya deh sama aku. Sekarang kamu makan dulu ya nanti sakit. Memangnya kamu mau kalau nanti ayah sama ibu melihat kamu sakit?”
Nggak mau. Aku mau ayah sama ibu melihat aku baik-baik aja.”
Yaudah, sekarang kamu makan ya.”
“Iya Kak, aku makan.”
Akhirnya rayuan Kak Sely mengajak Mirna makan berhasil dan Mirna berhenti menangis. Setelah makan, Kak Sely mengajak Mirna untuk bermain ke luar bersama anak-anak yang lainnya. Ajakan Kak Sely kali ini tidak berhasil, karena Mirna tidak ingin melihat ada anak yang sedang bermain bersama orang tuanya masing-masing. Pemandangan seperti itu akan membuat Mirna menangis lagi karena teringat orang tuanya. Dengan alasan Mirna yang seperti itu, Kak Sely tidak bisa memaksa.
Mirna masih memikirkan nasib kedua orang tuanya. Ia pun menangis lagi karena mengingat kedua orang tuanya. Kak Sely yang melihat Mirna menangis menghampiri Mirna dan bertanya.
“Loh, kamu kok nangis lagi?” Tanya Kak Sely.
“ Aku memikirkan kedua orang tuaku lagi Kak. Dimana mereka sekarang? Sedang apa? Dan bagaimana keadaan mereka sekarang?”
“Kamu harus yakin kalau ayah sama ibu kamu baik-baik saja. Kamu berdoa aja, semoga Allah selalu melindungi mereka.”
“Aku pasti doakan Kak. Tapi bagaimana kalau mereka nggak bisa ditemukan? Aku sama siapa nanti? Aku nggak punya siapa-siapa lagi disini kak.”
Hus, kamu nggak boleh ngomong kayak gitu. Kan masih ada Kak Sely, relawan-relawan yang lain, teman-teman kamu disini juga.”
“Terima kasih ya Kak. kakak baik banget sama aku.”
“Iya sayang sama-sama. Aku ke tempat relawan dulu ya. Kalau kamu mau main ke luar saja.”
Kak Sely kembali ke tempat relawan untuk melanjutkan tugasnya. Kak Sely melanjutkan tugasnya yang tadi tertunda karena menghampiri Mirna yang sedang menangis. Kak Sely sibuk merapihkan bantuan-bantuan yang datang untuk korban gempa.
Setelah Kak Sely selesai merapihkan bantuan-bantuan yang datang, ia ke luar menuju papan daftar pencarian korban yang hilang. Ia langsung mencari nama orang tua Mirna dan keterangan di papan itu masih dalam pencarian. “Betapa kasihan Mirna, di umur yang masih 9 tahun ia harus menghadapi cobaan berat seperti ini,” ucapnya sendiri.
Kak Sely jadi teringat saat orang tuanya memutuskan untuk berpisah. Saat itu ia merasa dunia ini sungguh tidak adil kepadanya. Kenapa orang yang ia sayangi harus membuat keputusan seperti itu? Walapun kejadian yang pernah ia alami berbeda dengan Mirna, tetapi hal yang ia rasakan sama dengan Mirna yaitu sama-sama merasakan kehilangan orang yang disayang. Kak Sely tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan. Ia langsung mengakhiri ingatan masa lalunya dan pergi ke dapur menyiapkan makan siang untuk para pengungsi.
Di kerumunan pengungsi yang sedang mengambil makan siang, Kak Sely melihat Mirna. Ia merasa senang karena sekarang Mirna sudah mulai kembali ceria tidak seperti tadi pagi.
“Hai Mirna,” panggil Kak Sely dari kejauhan.
Mirna hanya membalas sapaan dari Kak Sely dengan melambaikan tangannya sambil tersenyum.
Mirna makan siang di luar posko sambil melihat anak-anak yang sedang bermain. Ia merasa bosan kalau di dalam terus. Dalam hatinya, ia ingin sekali ikut bermain bersama anak-anak yang lainnya. Akhirnya ia memutuskan setelah makan akan ikut bermain.
Mirna larut dalam keceriaan anak-anak yang sedang bermain dengannya. Ia kini memiliki teman baru yang sangat baik kepadanya. Seketika ia melupakan kesedihannya yang sejak pagi ia rasakan. Saat ia sedang bermain, ia melihat Bi Asih pengasuhnya. Bi Asih menghampiri Mirna dengan jalan terpingkal-pingkal.
“Bi Asih...,” teriak Mirna sambil berlari.
“Mirna...,” sahut Bi Asih.
“Bi Asih kemana aja? Aku kesepian disini. Ibu sama ayah belum ditemukan Bi.”
“Kaki bibi luka, jadi bibi ke ruang pengobatan. Yaudah jangan sedih lagi, kan Bi Asih sekarang ada disini.”
Mirna dan Bi Asih melepas rindu seperti sudah berhari-hari tidak bertemu. Padahal mereka terpisah hanya beberapa jam. Jelas saja, Bi Asih selalu menemani Mirna kapan pun dan dimana pun.
Hari sudah semakin malam, Mirna dan Bi Asih masih menunggu kabar tentang keberadaan orang tua Mirna. Saat mereka sedang berbincang-bincang, Kak Sely datang menghampiri Mirna dan Bi Asih. Mirna memperkenalkan bi Asih ke kak Sely.
“Hai Kak Sely, kenalkan ini Bi Asih pengasuhku di rumah.”
“Hai Bi Asih, saya Sely relawan disini.”
Oh ini toh yang namanya Mbak Sely yang tadi diceritakan Mirna. Terima kasih ya Mbak Sely sudah menemani Mirna.”
“Iya Bi, sama-sama. Saya juga sangat senang menemani Mirna. Mirna anak yang baik dan lucu. Oh iya, saya sudah dapat kabar mengenai Ibunya Mirna. Ibu Mirna masih hidup dan keadaannya baik-baik aja. Saya dapat kabar dari pak Broto tadi,” jelas Kak Sely.
“Alhamdulillah, ibu sudah ditemukan. Tetapi bagaimana dengan ayah?” Tanya Mirna.
“Aku juga belum tahu bagaimana keadaan ayahmu. Semoga ia juga baik-baik saja.”
“Amin..,” sahut bi Asih dan Mirna.
“Terima kasih Kak atas infonya.”
“Iya sama-sama. Yasudah sekarang Mirna dan Bi Asih tidur aja. Ibu Mirna kemungkinan akan datang besok pagi. Selamat malam.”
Mirna dan Bi Asih akhirnya memutuskan untuk tidur.
Keesokan harinya, Mirna dan Bi Asih terkejut karena mereka kedatangan sosok wanita yang mereka tunggu-tunggu yaitu ibu dari Mirna. Mirna langsung memeluk ibunya dan menangis.
“Aku kangen sama ibu. Ibu baik-baik aja kan? Oh iya ayah kemana bu?” Tanya Mirna.
“Iya, ibu juga kangen sama kamu. Ibu baik-baik aja kok nak. ayahmu sudah tidak ada nak. Ia ditemukan meninggal saat dievakuasi. Ibu kesini untuk menemuimu dan mengajakmu ke tempat ayah disemayamkan,” jelas ibu sambil menangis terisak-isak.
Mirna tidak bisa berkata-kata mendengar penjelasan ibu bahwa ayahnya sudah tidak ada. Ia hanya bisa menangis. Bi Asih yang ada disamping Mirna juga menangis.
Kak Sely yang mendengar suara tangisan Mirna langsung menghampiri Mirna ke dalam dan ia kaget karena ada wanita yang tidak asing baginya.
“Ibu kok ada disini?” Tanya kak Sely.
“Sely? Kamu Sely Indriyana kan?”
“Iya ibu, ini Sely.”
Mereka berpelukan dan menangis. Ternyata Ibu Mirna adalah ibu kandung kak Sely. Mirna memang anak tiri. Ibu dan Kak Sely sudah berpisah semenjak ibu dan ayah kak Sely memutuskan untuk bercerai. Kak Sely ikut tinggal bersama ayahnya di Jakarta, sementara ibu pindah kesini tanpa sepengetahuan Kak Sely. Mirna dan Bi Asih bingung dengan apa yang terjadi. Setelah diceritakan mengenai kejadiannya, Mirna dan Bi Asih mengerti.
Ibu, Mirna, Bi Asih dan Kak Sely memutuskan untuk pergi ke tempat Ayah Mirna disemayamkan. Setibanya disana, Mirna, ibu, Bi Asih dan bahkan Kak Sely tak kuasa menahan air mata mereka. Mirna merasa sangat terpukul atas kepergian ayahnya.
Bencana ini selain menimbulkan luka dan kesedihan, tetapi menciptakan kebahagiaan juga yaitu bertemunya ibu dan anak yang sudah berpisah selama bertahun-tahun. Setiap bencana atau musibah pasti ada hikmahnya, mungkin ini adalah hikmah dibalik bencana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar