Rabu, 16 April 2014

melengkapi ending dongeng



BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH
Alkisah, hiduplah sebuah keluarga yang hidup dengan tenteram dan damai. Keluarga ini terdiri dari ayah, ibu, dan anak semata wayangnya bernama Bawang Putih. Namun, ketenteraman dan kedamaian ini terganggu lantaran si ibu jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Kejadian tersebut membuat keluarga kecil itu bersedih karena kehilangan orang yang dicintai.
Tak jauh dari rumah mereka, tinggallah seorang janda dan putrinya bernama Bawang Merah. Ketika ibu Bawang Putih telah meninggal, kedua orang ini sering datang ke rumah Bawang Putih. Pada awalnya, antara ibu Bawang Merah dengan ayah Bawang Putih hanya saling berbincang saja. Namun, lama-kelamaan, timbul juga pemikiran di pikiran ayah Bawang Putih untuk mempersunting ibu Bawang Merah. Ayah Bawang Putih tidak ingin putri semata wayangnya tumbuh tanpa kehadiran seorang ibu.
Setelah berdiskusi dengan Bawang Putih, keduanya pun melangsungkan pernikahan. Saat baru menikah, ibu tiri dan Bawang Merah sangat baik terhadap Bawang Putih. Akan tetapi, ternyata itu hanyalah kamuflase keduanya. Diam-diam, keduanya merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Bawang Putih.
Maka, ibu tiri dan Bawang Merah menyuruh Bawang Putih melakukan banyak pekerjaan rumah yang berat-berat. Tentunya, semua beban ini tidak diceritakan Bawang Putih kepada ayahnya. Lagipula, setelah menikah dengan ibu Bawang Merah, ayahnya bukannya kunjung bahagia melainkan malah sakit-sakitan yang berujung pada kematiannya.
Bawang Putih yang sedih mengetahui dirinya sebatang kara tetap tak bisa berbuat apapun dihadapan ibu tiri dan Bawang Merah. Satu-satunya hal yang bisa dilakukannya adalah mematuhi perintah ibu dan saudara tirinya. Bawang Putih berharap keduanya bisa berubah. Namun, mereka malah semakin menjadi-jadi.
Suatu hari, ketika Bawang Putih pergi ke sungai untuk mencuci, baju kesayangan ibu tirinya hanyut terbawa arus sungai. Bawang Putih melapor kepada ibu tirinya. Namun, bukannya mengasihaninya, ibu tiri Bawang Putih malah menyuruh untuk mencarinya sampai ketemu. Jika tidak, Bawang Putih tidak diperbolehkan pulang.
Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari baju kesayangan ibu tirinya. Namun, sejauh kakinya melangkah tidak ditemukannya baju kesayangan ibunya. Padahal hari sudah malam. Bawang Putih hampir saja menangis jika tidak melihat lampu minyak di gubuk tepi sungai. Bawang Putih pun menghampirinya.
                                                                     *****
                Setelah sampai di depan gubuk tersebut, bawang putih mengetuk pintu dan keluarlah seorang nenek tua yang tinggal di gubuk tersebut. Kemudian nenek tua itu menyuruh bawang putih masuk. nenek tua pun bertanya,”kamu sedang apa malam-malam begini masih berada di luar.” Bawang putih pun menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian nenek tua itu menyuruh bawang putih untuk bermalam di gubuknya. Nenek tua itu sangat baik sekali.
          Pagi hari pun tiba, bawang putih pun beranjak dan bersiap-siap untuk pergi. Setelah pamit pada nenek tua itu. Bawang putih meneruskan kembali mencari baju ibu tirinya yang hanyut itu. Setelah berjam-jam menyusuri sungai dan baju itu pun tidak ditemukannya juga. Bawang putih sudah merasa lelah, dia duduk sejenak untuk menghilangkan rasa lelahnya itu. Tak lama kemudian, terdengar suara dari kejauhan yang memanggil nama bawang putih, ternyata ibu tiri dan bawang merah datang menghampiri bawang putih. Ibu tiri memarahi dan memaki-maki bawang putih. Sebagai hukumannya bawang putih tidak boleh makan dan dia harus tidur di dapur.
          Setiap hari bawang putih mengerjakan pekerjaan yang sangat berat tanpa diperbolehkan untuk makan. Suatu hari datang sebuah surat undangan dari kerajaan bahwa akan di adakannya pesta dansa dalam rangka pencarian pedamping untuk pangeran. Ibu tiri dan bawang merah pun sangat gembira dan mempersiapkan  semuanya dengan maksimal. Sedangkan bawang putih sibuk dengan pekerjaannya yang begitu berat. Malam dimana hari pesta dansa itu dimulai. Ibu tiri dan bawang merah pergi ke pesta itu. Sedangkan bawang putih tidak boleh pergi kemana-kemana selama ibu tiri dan bawang merah pergi ke pesta tersebut. Padahal bawang putih sangat mengiinginkan pergi ke pesta itu. Bawang putih hanya terdiam dan termenung dalam kesedihannya. Tiba-tiba datang seorang nenek tua yang pernah menolongnya saat itu dan menghampiri bawang putih. Bawang putih pun bercerita kesedihannya kepada nenek tua itu. 
 Nenek tua itu pun merasa kasihan dan menolong bawang putih. Nenek tua itu mengajak bawang putih ke rumahnya, di sana bawang putih di beri sebuah baju dress yang sangat indah yang merupakan hasil sulam nenek tua itu, bawang putih pun sangat gembira dan dia memakai baju itu serta berdandan, bawang putih sangat cantik memakai baju dress tersebut dengan make up yang natural. Akan tetapi ada satu hal yang kurang yaitu sepatu. Akhirnya nenek tua itu memberi sebuah sandal dari kayu yang bermotif bunga yang disebut sandal bakiak. Bawang putih pun bergegas pergi ke pesta tersebut. Sesampainya dia disana, ketika dia mau memasuki pintu gerbang, semua mata tertuju pada dirinya. Semua orang berbisik mengatakan bahwa dirinya itu aneh karena sepatu bakiak yang di pakainya.
Karena mendengar semua itu, Bawang putih pun merasa malu dan sedih, akhirnya bawang putih pun berlari untuk kembali pulang karena dia merasa malu setelah dia berlari dan berada di taman, ada seorang pria yang menarik tangannya dan memberhentikan bawang putih. bawang putih pun terkejut karena pria yang menarik tangannya itu adalah pangeran. Pangeran pun berkata,”mengapa kamu datang dan langsung pergi dan berlari”. Bawang putih pun menjawab dengan nada suara yang sedih “aku merasa malu karena berpakaianku yang tidak cocok untuk berada disini.” Pangeran pun mengajak bawang putih kembali ke istana dengan memegang erat tangannya dan berdansa dengannya. Semua orang tertuju melihat pangeran dan bawang putih. ibu tiri dan bawang merah yang berada di tempat tersebut merasa kesal dan marah terhadap bawang putih. pangeran pun mengumumkan bahwa yang akan menjadi pendampingnya adalah bawang putih. karena ternyata pangeran itu adalah seorang pria yang waktu kecilnya pernah di tolong nyawanya oleh bawang putih dan dia telah berjanji dalam dirinya kalau dia jika dewasa nanti akan menikahi bawang putih. akhirnya pangeran dan bawang putih hidup bahagia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar