“Aku pulaaang” Terdengar suara gadis
kecil yang baru saja pulang dari sekolah. Namanya Tissa, perempuan yang rajin,
pintar, dan sangat disenangi oleh teman-temannya. Suatu ketika Tissa berkata
kepada ibunya “Bu, aku ingin mempunyai peliharaan” Ujarnya, ibu Tissa sedikit
terkejut dengan perkataan anaknya, “KenapaTis? Kok tumben kamu mau punya
peliharaan, peliharaan yang seperti apa?” Lalu Tissa membalas “Hewan peliharaan
buuuu, sudah lama Tissa ingin punya hewan peliharaan, rumah terasa sepi karena hanya aku, ibu, dan
ayah saja yang mengisi rumah ini.” Ucap Tissa sedikit sedih. “yasudah, ibu sih
ngikut kamu aja deh, Cuma coba tanyakan kepada ayah dulu yaa.” Kata ibu. Tissa
pun mencium tangan ibunya dan naik ke lantai dua rumahnya untuk mengganti
pakaian sekolah yang dipakainya hari ini.
Malam
hari sang ayah pun pulang dari pekerjaannya, waktu pun sudah menunjukkan jam
makan malam, keluarga kecil itu pun menyantap makanan mereka bersama-sama di
ruang makan. Tak lama kemudia Tissa berbicara “Ayah aku mau hewan peliharaan.” Sang
ayah pun membalas “Hewan peliharaan apa nak? Ayah akan belikan jika kamu siap
dan sanggup untuk memelihara serta menjaga nya.” Tissa pun terdiam untuk berfikir
apakah dia sanggup memelihara hewan yang akan ia miliki, dan akhirnya ia
menjawab “Aku sanggup, aku ingin memelihara kucing yah!” Ayahnya pun tersenyum
sedikit “Yauda kalo gitu besok kita beli kucing di toko hewan ya Tis.” Tissa
pun gembira mengetahui ayahnya akan membelikannya hewan peliharaan, seusai
makan malam bersama, Tissa memeluk ayah dan ibunya karena perasaan gembira yang
tidak habis-habis di waktu itu.
Keesokan
hari pun tiba, Tissa bergegas masuk ke mobil bersama ayah dan ibunya yang akan
membelikannya seekor kucing. Ditengah perjalanan, kondisi jalan sangat lah
macet, karena perjalanan memakan waktu yang cukup lama, Tissa pun tertidur di
mobil. Sesampai nya ia bangun, Tissa terkejut karena sudai sampai di depan toko
tempat penjualan hewan. Begitu pintu masuk dibuka, Tissa sangat senang karena
melihat banyak sekali macam-macam hewan peliharaan yang berbeda-beda, lalu
ayahnya berkata “Tis, kamu pilih kucing nya yang mau kamu pelihara yaa” Kata
ayahnya. “Oke yah!” Dengan nada gembira Tissa pun langsung berlari ke tempat
kucing yang ingin ia pelihara. Tissa pun berputar-putar kesana kemari, bingung
dengan kucing apa yang harus ia pilih, semakin lama ia di toko tersebut, entah
kenapa rasanya semakin sedih melihat banyak hewan yang terkurung di kandangnya
tidak dapat melakukan apa-apa kecuali hanya makan, tidur, dan buang air. Tak lama
kemudia Tissa melihat seekor kucing berwarna hitam yang ukurannya belum terlalu
dewasa, dan kucing hitam itu juga melihat mata Tissa dengan sangat dalam. Perasaan
Tissa pun tidak dapat dibendung lagi, ia pun berteriak di lorong toko ke pada
ayahnya “Yang ini yah! Kucing hitam ini yang aku mau pelihara!” Ayah Tissa pun
bergegas memanggil penjual hewan toko tersebut dan membeli kucing pilihan
Tissa. Penjual hewan memberi tahu Tissa bagaimana cara merawat kucing hitam
itu, terlihat agak membingungkan tetapi dengan penuh semangat Tissa yakin dapat
memelihara kucing yang ia baru saja beli.
Sesampainya
dirumah, hari sudah malam dan udara terasa dingin, Tissa pun membuka kandang
dan membiarkan kucing hitam itu berjalan di dalam rumahnya. “Aku akan
menamakannya Cira, kucing ini namanya Cira!” dengan nada gembira Tissa
mengucapkannya. Keesokan hari nya, Tissa pun bangun pagi untuk melihat kucing
kesayangannya itu, terlihat Cira masih tidur dekat kandangnya. Tissa pun
mengelus kepala Cira dengan sangat hati-hati. Siang hari nya, terlihat Cira
hanya makan dan tidur, tidak melakukan apa-apa lagi, Tissa pun bingung ada apa
dengan kucing hitam nya ini, ia sempat berfikir apakah Cira sakit atau memang
sukanya bermalas-malasan, rada ragu untuk mengambil kesimpulan, Tissa pun
menemui temannya yang mempunyai beberapa ekor kucing sebagai hewan
peliharaannya juga.
Seusai
pulang sekolah, Tissa pun janjian untuk bertemu dengan temannya itu, menanyakan
mengapa Cira hanya makan dan tidur. “Nal, kenapa sih kucingku hanya
bermalas-malasan dan ngga mau lagi ngapa-ngapain? Apa dia sakit yah?” Tanya Tissa
dengan sedikit sedih. Renal, teman Tissa pun membalas “Oh gitu Tis, Kucing kamu
hanya sendirian yah dirumah? Ngga punya temen lagi? Pasti dia kesepian dong ga
ada temen main.” Tissa pun membalas “Iya kucingku hanya ada satu ekor nal,
gimana dong? Ayah pasti tidak mau membelikan aku kucing yang baru, karena baru
saja dibelikan.” Tissa pun semakin kecewa dengan keadaan Cira yang hanya
sendiri dirumahnya. “Gini aja, aku punya seekor kucing laki-laki yang usianya
masih remaja, gimana kalo aku kasih buat kamu? Biar kucing kamu juga ada temen
mainnya!” Renal pun bermaksud menolong. Tanpa kata-kata Tissa pun membalas “Iyaaa!
Bener yaa? Besok aku tunggu dirumahku loh” dengan nada gembira Tissa berkata.
Dengan
keadaan senang sambil menggendong Cira kucingnya, Tissa menunggu Renal datang
kerumahnya untuk memberikannya seekor kucing yang di janjikannya. “Ting nong”
suara bel rumah Tissa berbunyi, dengan hati-hati Tissa meletakkan Cira dan tak
lupa di elus kepala nya, ia pun segera membukakan pintu rumahnya, dan ternyata
Renal yang berada di depan pintu rumahnya membawa kandang ukuran sedang yang
didalamnya ada seekor kucing untuk diberikan kepada Tissa. Tissa pun memanggil
ayah dan ibunya, memberitahu kondisi Cira dan menjelaskan secara rinci mengapa
Renal membawakan kucing peliharaannya untuk diberikan kepada Tissa. Ayah dan
ibunya pun setuju asalkan Tissa dapat menjaga dan memelihara kedua kucing
tersebut, Renal pun pulang dan berpamitan kepada keluarga Tissa.
Tissa
membuka kandang kucing putih, kucing barunya. “Hemmmmm, nama kamu siapa ya
bagusnya?” Sambil memutar-mutar mata Tissa kebingungan. “Oke! Mulai sekarang
nama kamu Gipsy yahhh.” Dengan senang sambil melihat dua ekor kucing yang
sekarang ia miliki. Tetapi tak lama kemudian, Tissa melihat Cira dan Gipsy
berkelahi satu sama lain, dan mulai ingin mencakar. Cepat bertindak Tissa
langsung melerai kedua kucing peliharaanya “Iiih kalian berdua kenapa deh,
jangan berantem dong.” Tissa berkata. Tak lama setelah itu Tissa mendapat pesan
singkat dari Renal yang berisikan “Satu minggu pertama pasti berantem dulu Tis,
soalnya kan sama-sama baru kenal mereka.” Membaca itu Tissa pun langsung
mengangguk dan memaklumi keadaan Cira dang Gipsy. “Yaudah yaa Cira dan Gipsy,
aku mau tidur duluuu, sampai ketemu lagi besoook.” Dengan senang Tissa berkata
dan tidak lupa mengelus kedua kepala Cira dan Gipsy.
Bulan
demi bulan pun sudah terlewat, Tissa sangat senang melihat Cira dan Gipsy
kucing kesayangannya bisa main bersama dan tidak berkelahi lagi, setiap hari
Tissa memberi makan dan minum juga mengganti pasir tempat kedua kucing itu
buang air, setiap minggu juga Tissa memandikan kucing kesayangannya agar tidak
terkena kutu dan mengalami rontoknya bulu-bulu kucing tersebut. Sampai suatu
hari ketika Tissa hendak pergi dan membuka pintu keluar rumah “Jegreeek.” Suara
pintu berbunyi, dan tiba-tiba saja Cira lari keluar melewati pintu depan. “Ciraaaaaa!!”
Shock dan panik Tissa pun mengejar Cira yang lari keluar. Dengan sekuat tenaga
Tissa berlari mengejar kucing kesayangannya itu tapi Cira berlari sangat
kencang sampai-sampai tidak terlihat lagi. Tissa pun sedih dan pulang kembali
ke rumah, menceritakan kejadian itu kepada ayah dan ibunya.
Ayahnya
pun berjanji untuk menemukan Cira kembali dan setiap hari nya ia menyempatkan
waktu untuk mencari Cira. Semakin hari Cira hilang, perasaan Tissa pun semakin
sedih karena rasa sayang yang begitu kuat kepada Cira, terkadang terbesit
pikiran kenapa Cira lari begitu saja, sampai-sampai suatu malam di dekat rumah
Tissa dengan udara yang mulai dingin, Tissa ingin melakukan pencarian Cira
untuk terakhir kalinya, dan dari kejauhan di semak-semak terlihat dua mata yang
menyala-nyala di malam hari, sedikit takut melihatnya, tetapi Tissa
memberanikan diri untuk melihat sesuatu itu, dan ternyata tak lain itu adalah
Cira kucing yang hilang. Keadaanya sudah kurus karena jarang nya mendapat
makanan, bulu nya pun sudah rontok dan tidak rapih lagi seperti di rumah
biasanya ia dimandikan, dan terlihat Cira gemetar karena hawa dingin malam yang
makin lama semakin larut. “Ciiiiraaa ini aku Tissa, kamu ngapain disini ayo
kita pulang.” Sambil menangis sedih bercampur gembira, tak lama setelah itu
Tissa menggendong Cira seperti setiap harinya ia digendong. “Meonggg.” Dengan suara
lelah Cira bersuara, dan Tissa menjawab “Iya cir kita pulang ya sekarang.”
Tissa
pun memberi tahu ayah dan ibu nya bahwa Cira secara tidak sengaja ditemukan di
semak-semak pada malam hari, untung saja Tissa memberanikan diri untuk melihat
objek yang menyala dari kejauhan saat itu. Perasaan lega terlihat dari diri
Tissa yang kini memiliki kembali dua ekor kucing kesayangannya.
Sampai
pada tahun berikutnya tiba-tiba terlihat dari perut Cira sedikit membesar, lalu
Tissa berfikir apakah Cira hamil atau tidak, tak lama setelah tissa mengetahui
itu, ia langsung menelefon Ayahnya untuk dipanggilkan dokter hewan, melihat
kondisi fisik Cira yang berubah semakin membesar di area perutnya. Sesampai nya
dokter di rumah dan setelah mengecek keadaan kucing Tissa ia berkata “Iya,
kucing kamu ini hamil udah ada sekitar tiga bulanan, yang hitam ini perempuan
dan yang putih ini laki-laki.” Tissa pun senang melihat Cira mempunyai
kandungan di perutnya, tetapi sedikit takut dengan apa yang harus dilakukannya.
“Terus dok, kalo Cira hamil aku harus ngapain?” dan setelah Tissa bertanya,
dokter pun memberi tahu apa yang harus dilakukannya, didengarkan oleh ayah dan
ibu Tissa juga.
Sewaktu
Tissa sendiri di rumah, ayah dan ibu nya sedang pergi keluar, terdengar suara
kucing mengeong yang berulang –ulang dari lantai bawah, Tissa pun yang sedang
berada di kamar lantai dua turun kebawah untuk melihat kucing-kucing
kesayangannya. “Yaampuuun ciraaa.” Dengan nada yang besar Tissa berkata, sambil
melihat Cira yang sedang menjilati kedua anak yang baru saja dilahirkannya.
Tissa pun segera ke dapur untuk mengambil gunting, karena ingat perkataan
dokter yang mengharuskan menggunting tali pusar jika anak kucing nya lahir.
Tidak lupa untuk mencuci nya dengan air hangat agar gunting nya dalam keadaan
steril. Mendekati ke Cira yang bersuara terus menerus Tissa rada panik karena
melihat kedua anak Cira yang berlumuran darah dan masih tersambung tali pusar
nya dengan placenta. “Aduh ini gimana ya motongnya.” Tissa bergumam sendiri
karena dalam keadaan yang genting tetapi dia hanya sendiri di rumah dan bingung
harus berbuat apa. Agak ragu tapi pasti, Tissa pun langsung mendekati gunting
ke tali pusar anak yang baru saja lahir itu. “ceklek.” Suara gunting pun
memutuskan tali pusar dan placenta yang awalnya tersambung di kedua anak kucing
itu. Tak lama setelah itu Cira pun menjilati kedua anaknya dan membiarkan kedua
anaknya untuk menyusu kepada ibunya. Tissa pun merasa lega karena berhasil
memotong tali pusar kedua anak kucing yang lucu-lucu itu. “Hebat ya kamu
ciraaaa, sekarang udah jadi ibuuu!” Ujar Tissa sambil mengelus Cira. Gipsy pun
sang ayah dari Cira ikut mendekati istrinya untuk menjaga kedua anak mereka,
dan sampai sekarang, Tissa mempunya empat ekor kucing yang semua selalu ia
rawat dan pelihara, karena rasa sayang yang tidak pernah habis pada saat
melihat Cira di toko penjualan hewan, sampai sekarang.
Tissa.. kenalan yuuk :3
BalasHapus