Senin, 07 April 2014

Deskripsi Spasi dan Waktu

“Taman Puspa”


Sekitar pukul 5 dini hari, aku dan kedua saudariku sedang sibuk mengikat tali sepatu kami masing-masing. Pagi ini kami berniat untuk jalan-jalan pagi bersama. Selepas shalat shubuh tadi, cukup lama kami berdebat untuk menentukan kemana tujuan JJP kami minggu ini. Awalnya kami ingin ke Monas atau Taman Pelangi, namun pada akhirnya diputuskan hanya keliling komplek kemudian bermain badminton dan skipping di Taman Puspa, taman komplek yang jaraknya hanya sekitar 200 langkah dari rumah.
Kami mulai melangkahkan kaki keluar rumah, udara sejuk di waktu fajar mulai menerpa, jilbab kami melambai-lambai seiring angin yang bertiup. Matahari masih sangat enggan menampakkan diri. Cuaca agak mendung sepertinya, atau masih terlalu pagi, entahlah. Sunyi sepi. Belum ada tukang sayur yang mulai berkeliling, ataupun para pelari pagi lainnya. Kami memang start duluan, agar bisa selesai sebelum panas matahari di kota Jakarta menyengat atau tumpahan air dari langit menggguyur kami.
Setelah 15 menit berlari keliling komplek, kami melanjutkan berjalan santai menuju Taman Puspa, segera terlihat sebuat hamparan hijau berbentuk kotak dengan pagar hijau setinggi pinggang disekelilingnya. Kami masuk kedalamnya lewat sisi kiri melalui celah yang tidak dipagar. Kami melangkah lurus ke sisi kanan taman untuk bermain badminton. Sisi kanan taman luas dan tidak terlalu banyak pohon tinggi, sehingga tidak sulit bagi kami mencapainya apabila kok kami tersangkut. Dari kejauhan, aku melihat tukang sayur mulai berjalan menjajalkan dagangannya. Sebelum berkeliling, beberapa tukang sayur memang ngetem di taman ini terlebih dahulu.
Selang beberapa menit, kami bosan dengan badminton karena angin kencang mengganggu permainan kami. Kami mulai bermain masing-masing. Aku duduk di kursi panjang taman yang terletak di sisi belakang taman. Dari sini aku bisa memata-matai seluruh aktivitas di taman ini. Kulihat nenek cina yang biasa duduk-duduk disini mulai datang melalui pintu depan bersama anjing putihnya, aku tidak tau itu jenis anjing apa, tetapi yang jelas rambutnya terkulai lembut dan lidahnya tidak terus menjulur kedepan. Ia berlari ditempat dan menggerak-gerakkan tubuhnya sebelum akhirnya duduk di kursi depan taman, menghadapku. Disamping nenek cina itu duduk, terlihat ayunan-ayunan kecil usang dan berkarat yang masih belum diperbaiki menjadi mainan si anjing putih untuk diayun-ayunkan kedepan.
Bosan duduk, aku berlari ke arah adikku di sisi kiri taman yang sedang bergantung-gantungan di sebuah tiang berbentuk “n” dengan beberapa gantungan rantai besi yang terkait pegangan bundar seperti pegangan di kereta commuter line. Adikku yang tinggi mencapai pegangan dengan mudah hanya dengan sedikit loncatan. Malu karena tanggaku tidak berhasil mencapainya, aku beralih ke kakakku yang asyik sit-up di hamparan rumput di bawah pohon cermai dan mengajaknya memanjat “bola dunia” di ujung taman. Anjungan ini memang berbentuk bola besar berdiameter 3 langkah dengan tinggi kurang lebih 2,5 meter berwarna orange. Ada juga yang menyebutnya bola laba-laba, karena ada pijakkan horizontal dan pegangan vertikal setiap jarak kurang lebih 80cm. Kami berlomba untuk mencapai puncaknya sambil bersenda-gurau. Adikku yang sepertinya cemburu melihat kami hanya tertawa bercanda berdua, datang menghampiri dan ikut memanjat. Kami bertiga duduk di jaring-jaring bola “dunia ini”.
Ternyata matahari memang hendak berlibur pagi ini, awan semakin kelabu saja meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 6 lebih. Bapak petugas pengelola taman mulai mengaktifkan mesin pemangkas rumputnya untuk membersihkan rumput yang mulai tidak beraturan setelah menyapa kami dengan senyumnya yang ramah. Hari ini ia tidak perlu repot-repot menyalakan keran taman karena sepertinya air alamlah yang akan menyirami bunga-bunga disini. Para ibu yang biasanya menyuapi adik-adik kecil di perosotan seberang bola ini juga tidak kunjung datang. Sungguh sepi taman puspa di ahad pagi yang kelabu ini.

Angin semakin besar, lambaian jilbab kami pun semakin kencang. Kami turun bersama dengan saling membantu, mengemas perlengkapan olah raga kami, dan berlomba menuju rumah dengan berlari sprint.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar