“Taman Puspa”
Sekitar pukul 5 dini hari, aku dan kedua saudariku sedang
sibuk mengikat tali sepatu kami masing-masing. Pagi ini kami berniat untuk
jalan-jalan pagi bersama. Selepas shalat shubuh tadi, cukup lama kami
berdebat untuk menentukan kemana tujuan JJP kami minggu ini. Awalnya kami ingin
ke Monas atau Taman Pelangi, namun pada akhirnya diputuskan hanya keliling komplek
kemudian bermain badminton dan skipping di Taman Puspa, taman komplek yang
jaraknya hanya sekitar 200 langkah dari rumah.
Kami mulai melangkahkan kaki keluar rumah, udara sejuk di
waktu fajar mulai menerpa, jilbab kami melambai-lambai seiring angin yang
bertiup. Matahari masih sangat enggan menampakkan diri. Cuaca agak mendung
sepertinya, atau masih terlalu pagi, entahlah. Sunyi sepi. Belum ada tukang
sayur yang mulai berkeliling, ataupun para pelari pagi lainnya. Kami memang start
duluan, agar bisa selesai sebelum panas matahari di kota Jakarta menyengat atau
tumpahan air dari langit menggguyur kami.
Setelah 15 menit berlari keliling komplek, kami melanjutkan
berjalan santai menuju Taman Puspa, segera terlihat sebuat hamparan hijau
berbentuk kotak dengan pagar hijau setinggi pinggang disekelilingnya. Kami
masuk kedalamnya lewat sisi kiri melalui celah yang tidak dipagar. Kami melangkah
lurus ke sisi kanan taman untuk bermain badminton. Sisi kanan taman luas dan
tidak terlalu banyak pohon tinggi, sehingga tidak sulit bagi kami mencapainya
apabila kok kami tersangkut. Dari kejauhan, aku melihat tukang sayur mulai
berjalan menjajalkan dagangannya. Sebelum berkeliling, beberapa tukang sayur
memang ngetem di taman ini terlebih dahulu.
Selang beberapa menit, kami bosan dengan badminton karena
angin kencang mengganggu permainan kami. Kami mulai bermain masing-masing. Aku
duduk di kursi panjang taman yang terletak di sisi belakang taman. Dari sini
aku bisa memata-matai seluruh aktivitas di taman ini. Kulihat nenek cina yang
biasa duduk-duduk disini mulai datang melalui pintu depan bersama anjing
putihnya, aku tidak tau itu jenis anjing apa, tetapi yang jelas rambutnya
terkulai lembut dan lidahnya tidak terus menjulur kedepan. Ia berlari ditempat dan
menggerak-gerakkan tubuhnya sebelum akhirnya duduk di kursi depan taman,
menghadapku. Disamping nenek cina itu duduk, terlihat ayunan-ayunan kecil usang
dan berkarat yang masih belum diperbaiki menjadi mainan si anjing putih untuk
diayun-ayunkan kedepan.
Bosan duduk, aku berlari ke arah adikku di sisi kiri taman yang
sedang bergantung-gantungan di sebuah tiang berbentuk “n” dengan beberapa gantungan
rantai besi yang terkait pegangan bundar seperti pegangan di kereta commuter
line. Adikku yang tinggi mencapai pegangan dengan mudah hanya dengan sedikit
loncatan. Malu karena tanggaku tidak berhasil mencapainya, aku beralih ke
kakakku yang asyik sit-up di hamparan rumput di bawah pohon cermai dan
mengajaknya memanjat “bola dunia” di ujung taman. Anjungan ini memang berbentuk
bola besar berdiameter 3 langkah dengan tinggi kurang lebih 2,5 meter berwarna orange.
Ada juga yang menyebutnya bola laba-laba, karena ada pijakkan horizontal dan
pegangan vertikal setiap jarak kurang lebih 80cm. Kami berlomba untuk mencapai
puncaknya sambil bersenda-gurau. Adikku yang sepertinya cemburu melihat kami
hanya tertawa bercanda berdua, datang menghampiri dan ikut memanjat. Kami
bertiga duduk di jaring-jaring bola “dunia ini”.
Ternyata matahari memang hendak berlibur pagi ini, awan
semakin kelabu saja meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 6 lebih. Bapak
petugas pengelola taman mulai mengaktifkan mesin pemangkas rumputnya untuk
membersihkan rumput yang mulai tidak beraturan setelah menyapa kami dengan
senyumnya yang ramah. Hari ini ia tidak perlu repot-repot menyalakan keran
taman karena sepertinya air alamlah yang akan menyirami bunga-bunga disini.
Para ibu yang biasanya menyuapi adik-adik kecil di perosotan seberang bola ini
juga tidak kunjung datang. Sungguh sepi taman puspa di ahad pagi yang kelabu
ini.
Angin semakin besar, lambaian jilbab kami pun semakin
kencang. Kami turun bersama dengan saling membantu, mengemas perlengkapan olah
raga kami, dan berlomba menuju rumah dengan berlari sprint.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar