Rabu, 02 April 2014

Deskripsi Spasi dan Waktu



Panas Terik di Asrama

Pukul dua belas, bel berbunyi yang menandakan usainya pelajaran hari ini. Suatu panas terik matahari terpancar ganas di asrama. Matahari sedang memancarkan sinar panasnya tepat di atasku. Pancaran sinar yang tajam di siang hari ini terasa menyengat kulitku. Rasanya seperti dijemur di atas gurun pasir.
Pada saat seperti sekarang ini, kulihat santri dan santriwati berbondong-bondong menuju asrama masing-masing untuk melanjutkan aktivitas dan kewajibannya. Tak lama kemudian kumandang azan pun terdengar. Santri dan santriwati lekas menuju masjid untuk melaksanakan salat zuhur berjamaah.
Asrama putra terletak kira-kira tujuh puluh meter di sebelah kiri dari sekolah sedangkan asrama putri terletak tujuh puluh meter di sebelah kanan dari sekolah. Kulangkahkan kaki menuju asrama putri. Kulihat banyak pintu dengan ruang kamar di dalamnya. Setiap kamarnya terdiri dari enam belas orang yang merupakan campuran tsanawiyah dan aliyah. Aku menghampiri ibu asrama, yang biasa dipanggil umi untuk membantuku menyurvei asrama putri.
Sepulang dari masjid, santri dan santriwati kembali ke asrama untuk makan siang. Dapur makan untuk santri dan santriwati terpisah dan letaknya berada dalam asrama masing-masing. Semula kulihat dapur ini kosong namun kini sudah banyak antrean santriwati. Kualihkan pandangan ke arah sudut kanan, di sana terdapat sebuah rak besar yang berisi tumpukan piring aluminium yang tersusun rapi. Santriwati yang baru datang lekas mengambil piring dan segera masuk barisan antrean.
Di sekelilingku yang jelas terdengar adalah berisiknya suara santriwati yang sedang asyik berbincang setelah makan. Kupertegas kembali sehingga terdengar gemericik air dari tempat pencucian piring dan di sanalah santriwati mencuci piring yang telah dipakainya. Setelah piring-piring tersebut dicuci bersih barulah disusun kembali pada tempatnya. Ibu asrama telah siap berdiri disebelah rak piring untuk mengawasi santriwati agar meletakkan piring-piring tersebut dengan rapi seperti semula. Tumpukan piring aluminium telah tersusun rapi dan semua santriwati telah meninggalkan dapur.
Jarum jamku menunjuk pada angka satu, matahari masih memancarkan sinar panasnya. Kulihat hanya ada beberapa santri yang berlalu lalang di sekitar halaman asrama putra, begitu juga dengan santriwati yang lebih memilih beristirahat di asrama dari panasnya terik matahari. Kulangkahkan kaki menuju lapangan yang terletak di belakang sekolah.  Kulihat beberapa santri dan santriwati yang sedang serius berlatih paskibra di tengah lapangan. Mereka terlihat terpaksa menikmati panasnya siang hari ini. Mereka siap berlatih dalam menjalani dan melawan panasnya terik matahari hari ini demi mengibarkan Sang Merah Putih.
Dari sebelah kiri, dari pelataran gedung SDIT Al-Hamidiyah, terdengar suara musik yang lantang dari anggota marching band yang juga sedang berlatih. Anggota marching band ini yang akan mengiringi pengibaran Sang Merah Putih. Adanya iringan musik yang dimainkan oleh anggota marching band dapat menambah semangat berlatih bagi anggota paskibra.
Sekarang telah menunjukkan pukul 15.15, anggota paskibra serta marching band telah selesai berlatih. Beberapa dari mereka berbondong-bondong menuju kantin yang letaknya kira-kira tiga puluh meter dari gedung SDIT. Matahari pun sudah mulai condong ke barat. Azan telah berkumandang. Semua santri dan santriwati mulai kembali ke asrama untuk mempersiapkan diri agar melaksanakan salat asar berjamaah.
Pukul enam nanti gerbang asrama akan ditutup. Tidak ada lagi santri maupun santriwati yang keluar asrama terkecuali ada perihal yang sangat penting. Pengawasan ketat akan dilakukan, baik di asrama putra maupun asrama putri. Satpam yang bertugas pada siang hari akan digantikan oleh satpam yang bertugas pada malam hari. Aku pun sudah akan tiba di rumah, sementara asrama yang tadi kusurvei akan terus menjadi bayanganku terhadap suasana kehidupan santri dan santriwati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar