Rabu, 09 April 2014

Kisah Cinta Roro Jonggrang





Alkisah, pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan. Rakyatnya hidup tenteran dan damai. Tetapi, apa yang terjadi kemudian? Kerajaan Prambanan diserang dan dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik. Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya, kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso. Bandung Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. “Siapapun yang tidak menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!”, ujar Bandung Bondowoso pada rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan jin. 
Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik Roro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita.
“Cantik nian putri itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku,” pikir Bandung Bondowoso.
Esok harinya, Bondowoso mendekati Roro Jonggrang. “Kamu cantik sekali, maukah kau menjadi permaisuriku ?”, Tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang.
Roro Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. “Laki-laki ini lancang sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya”, ujar Roro Jongrang dalam hati. “Apa yang harus aku lakukan ?” Roro Jonggrang menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan. Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Roro Jonggrang memang tidak
suka dengan Bandung Bondowoso.
“Bagaimana, Roro Jonggrang ?” desak Bondowoso.
Akhirnya Roro Jonggrang mendapatkan ide. “Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya,” Katanya. “Apa syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?”. “Bukan itu, tuanku, kata Roro Jonggrang.
Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu buah.
“Seribu buah?” teriak Bondowoso.
“Ya, dan candi itu harus selesai dalam waktu semalam.”
Bandung Bondowoso menatap Roro Jonggrang, bibirnya bergetar menahan amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya....
Lalu penasehatnya memberikan saran kepada Bandung Bondowoso, agar ia bertapa meminta bantuan kepada para jin.
“Saya percaya tuanku bisa membuat candi tersebut dengan bantuan jin!”, kata penasehat.
“Ya, benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!”
Setelah perlengkapan disiapkan, Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu, lalu memanggil para jin.
“Pasukan jin, bantulah aku!” teriaknya dengan suara yang menggelegar.
Tak lama kemudian, langit menjadi gelap pasukan jin mendatangi Bandung Bondowoso.Bondowoso.
“Apa yang harus kami lakukan Tuan?”, tanya pemimpin jin.
“Bantu aku membangun seribu candi dalam waktu semalam,”  pinta Bandung
Ketika malam tiba, para jin mulai membangun candi-candi tersebut. Perlahan tapi pasti candi-candi mulai terlihat. Dalam waktu singkat bangunan candi sudah tersusun hampir seribu buah.
Sementara itu, diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. Ia mencari cara untuk menggagalkan rencana Bandung Bondowoso. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan ditugaskan mengumpulkan jerami.
“Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Roro Jonggrang.
Sebagian dayang lainnya disuruh menumbuk lesung. Dung... dung... dung...!
Semburat warna merah memancar ke langit diringi suara hiruk pikuk, sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing.
Pasukan jin mengira fajar sudah menyingsing. “Wah, matahari akan terbit!” seru jin. “Kita harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung jin yang lain. Seluruh jin meninggalkan tempat itu. Bandung Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Ia merasa ada yang janggal dengan suasana tersebut. Bondowoso menganggap matahari terlalu cepat terbit. Padahal masih tersisa satu candi yang belum dibangun.
Bandung Bondowoso menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi. Ia sangat terkejut mengetahui bahwa dayang-dayang itu telah sengaja menipunya, ia sangat marah kepada dayang-dayang yang membakar jerami dan menumbuk lesung. Ia menunjuk kepada semua dayang. Para dayang terlihat pucat melihat amarah Bandung Bodowoso. Lalu dengan suara yang meggelegar Bondowoso mengatakan “Terkutuklah kalian semua!” Teriak Bandung Bondowoso sambil mengarahkan tangannya ke arah para dayang.
Secara tiba-tiba berlarilah Roro Jonggrang ke hadapan Bandung Bondowoso untuk menghalangi para dayang tersebut. “Jangan! Itu semua perbuatanku,” Teriak Roro Jonggrang.
Seketika juga Roro Jonggrang berubah menjadi arca. Sangat terkejut Bondowoso mendengar apa yang diucapkan oleh Roro Jonggrang, dan ketika Roro Joggrang telah berubah menjadi arca, ia sangat menyesalinya. Lalu Bondowoso mendekati arca tersebut, dilihatnya wajah cantik Roro Jonggrang yang kini telah berubah menjadi arca.
Ia menyesal telah melukai wanita yang dicintainya. Bondowoso menyimpan arca Roro Jonggrang tersebut di salah satu sudut istana yang sering dikunjunginya. Tiap hari ia mendatangi arca tersebut, memohon kepada dewa agar mengembalikan wujud asli Roro Jonggrang. Setiap hari tidak pernah ia melewatkan berdoa kepada dewa di depan arca Roro Jonggrang.
Hingga suatu ketika saat malam hari yang sedang terang bulan, ia mendekati arca Roro Jonggrang. Ia mencium patung Roro dengan begitu lembutnya, lalu memeluk erat tubuh Roro Jonggrang yang telah menjadi arca tersebut. Bondowoso menangis sambil memeluk erat arca tersebut dan memohon doa kepada dewa. Lalu ia merasakan ada sesuatu yang membasahi pundaknya. Tubuh Roro yang sekeras batu itu pun tiba-tiba melunak.
Tak disangka betapa terkejutnya Bondowoso saat melihat arca yang tadi dipeluknya tersebut telah berubah menjadi sosok manusia. Roro Jonggrang telah kembali seperti semula. Dilihatnya Roro Jonggrang menangis mengeluarkan air dari sudut matanya.
"Maafkan aku yang telah berbuat curang kepadamu" lirih Roro Jonggrang.
"Aku yang seharusnya meminta maaf kepadamu karena keangkuhanku itu Putri," balas Bondowoso.
"Aku tidak tau betapa besarnya cintamu padaku hingga kau rela tiap hari mendatangiku dan memohon doa kepada dewa untukku," Roro Jonggrang mengatakan dengan sedih.
Setelah kejadian malam itu, akhirnya mereka berdua menikah atas dasar cinta di antara keduanya. Keangkuhan Bondowoso pun menghilang setelah mendapatkan wanita yang sangat dicintainya itu. Bondowoso memimpin Prambanan dengan bijaksana didampingi oleh Permaisurinya, Roro Jonggrang. Mereka pun hidup bahagia dalam istana Prambanan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar