Rabu, 23 April 2014

Cerpen : Tema Kemanusiaan

Manusia atau Binatang?
*Oleh: Lolita Yuliarty Pasaribu

Aku melangkahkan kaki, berlari mendekat  menuju suara jeritan.  Kubuka pintu secara perlahan.  Aku terdiam mematung melihat kejadian itu. Baru kali ini aku melihat kejadian yang sangat menyeramkan dalam hidupku, biasanya aku hanya bisa berkomentar ria dengan sumpah serapah di balik layar. Aku tidak mengerti jalan pikiran mereka, apakah mereka manusia atau apakah mereka binatang ?
Tanganku bergetar, tubuhku seakan mematung, kuambil benda kecil dalam tasku, kutekan tombol 1104, terdengar suara berat dari seberang membuka percakapan.
“Selamat siang, apa ada yang bisa kami bantu?"
“Se..lamat siang Pak, ada kejadian genting di jalan Mawar No.5, ada .........
*tut,tut, tut ..
Ahh sial ponselku mati, lalu  apa yang harus aku perbuat?Apakah aku harus berlari ke dalam merebutnya ? Namun, apa yang akan terjadi denganku dan dengannya nanti? Ahh .. sudahlah aku akan meluncur ke sana. Dengan sebalok kayu yang kuambil tadi, kupukul seseorang yang bertubuh kekar, kutarik dan kugendong gadis kecil yang telah berlumuran darah serta kulangkahkan kakiku dengan cepat.
“Hey.. mau kemana kalian, jangan berharap kalian bisa lari dari gua?” Teriak suara dari belakangku.
Aku terus berlari tanpa menghiraukan suara dari belakangku, tapi sial, ternyata aku telah terjebak, laki-laki bertubuh kekar tadi sekarang sedang menghadangku. Air mataku menetes tanpa diminta, aku menoleh ke kanan dan ke kiri mencari celah agar kami bisa selamat.
Terdengar suara tembakan dari kejauhan, air mata yang tadinya menetes perlahan hilang.
“Lepaskan mereka, atau akan kami tembak?"Tegas seorang pria yang mengenakan seragam kecokelatan.
Laki-laki bertubuh kekar itu akhirnya melepaskan kami. Aku berlari menuju ke luar. “Hufft , Untung saja polisi cepat datang, kalau tidak? Aku akan kehilangan kehormatanku bahkan mungkin nyawaku.” Desahku dalam hati.
Gadis kecil yang berlumuran darah tadi dibawa ke rumah sakit, sedangkan aku dibawa ke kantor polisi untuk menjadi saksi.
***
 Seorang  wanita yang mengenakan seragam kecokelatan menanyakan kejadian tadi.
“Siapa namamu, nak?Bagaimana kronologis kejadiannya?"Tanya wanita itu dengan lembut.
“Saya Viola, Bu, saya tidak tahu jelas bagaimana kronologis kejadiannya, yang saya lihat gadis itu telah menjadi alat pemuas kehausan nafsu laki-laki itu Bu." Jawabku dengan lirih.
Terdengar langkah kaki dari belakang, kualihkan pandanganku, aku terkejut ternyata suara langkah kaki itu berasal dari langkah kaki laki-laki bertubuh kekar tadi, laki-laki itu memandangku dengan tajam, seolah ada kemarahan yang amat dalam terhadapku. Aku kembali menghadap wanita dengan seragam kecokelatan yang sedang asik dengan mesin ketiknya.
Kini,kesaksianku telah selesai, aku meminta izin untuk bertemu gadis kecil malang itu. Alangkah senangnya aku, pria dengan seragam kecokelatan itu bersedia mengantarkanku menemui gadis itu.
***
Sesampainya di rumah sakit, aku disapa oleh seorang wanita muda yang matanya mengisyaratkan kesedihan.
“Viola ya?"Tanya wanita muda itu kepadaku.
“Iya Tante, saya Vio."Jawabku dengan melepaskan senyumanku ke arah wanita muda itu.
“Saya Christine ibunya Virgie, makasih ya sudah menyelamatkan anak tante.” Ujar wanita itu sambil memelukku.
Aku terdiam sesaat, oh ternyata nama gadis kecil tadi Virgie.
“Iya, Tante, sama-sama. Bagaimana keadaan Virgie sekarang Tante? “Tanyaku penasaran.
“Sudah membaik bahkan lebih baik dari keadaan sebelum Virgie di rumah kosong tadi. Ayo Vio, masuk lihat Virgie, Virgie pasti senang bertemu kamu.” Ajak tante Christine dengan lembut.
Kuikuti langkah Tante Christine menuju kamar Virgie, aku kembali mematung, air mataku kembali menetes, kulihat gadis kecil yang tadi kutarik dan kugendong sekarang telah terbujur kaku di atas tempat tidur. Aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiran laki-laki kekar itu, apakah dia tidak punya otak?Atau apakah dia itu binatang? Binatang saja yang tidak memiliki pikiran, tidak akan mau mengawini binatang yang baru bisa jalan. Sedangkan laki-laki kekar itu yang diberikan pikiran, malah tega menyalurkan hasrat biologisnya  terhadap gadis yang berusia kurang lebih 5 Tahun. Peradaban dunia telah aneh. Manusia seperti binatang, binatang seperti manusia.
Air mataku mentes dengan deras, kupeluk Tante Christine dengan erat.
“Aku gagal Tante, aku terlambat menolong Virgie.” Ujarku dalam tangisanku.
“Kamu nggak gagal Vio, Virgie sudah bahagia sekarang. Terima kasih ya.” Bisik Tante Chirstine dengan lembut sambil membelai rambutku.

***

3 komentar: