Perpustakaan
Udara
dingin menyeruak ketika kubuka pintu kaca perpustakaan bertuliskan “BUKA”.
Terlihat olehku seorang penjaga berpakaian segar dan rapi sedang menatap
komputer di mejanya. Meja itu berada di sebelah kiri pintu masuk, penuh dengan
buku-buku, satu perangkat komputer dan beberapa alat penting dalam operasional
perpustakaan. Dari tempat ku berdiri di depan pintu masuk, tepat di sebelah
kanan terpajang sebuah lemari dengan kotak-kotak kecil untuk penitipan tas para mahasiswa yang
sedang berkunjung. Loket-loket di lemari itu penuh dengan tas hingga tas-tas
itu berada di lantai berserakan namun tertata.
Perpustakaan
ini cukup luas berbentuk persegi panjang. Tapi
saat itu terasa sesak dan sempit karena penuh dengan mahasiswa yang berkunjung.
Kurang lebih 6 langkah dari pintu masuk terjajar 5 buah
meja panjang tertata rapi dengan kursi-kursi di masing-masing celah setiap meja
yang mengelilinginya. Meja paling ujung di sebelah kanan terlihat kosong,
berbeda dengan meja-meja lainnya yang penuh sesak dengan pengunjung. Meja itu
terletak dekat dengan sebuah mesin komputer pencari buku dan ruangan kecil
khusus untuk staf perpustakaan. Aku memutuskan untuk berada di meja ujung itu.
“SRET..
SRET..” terdengar bunyi kursi yang ku geser, aku duduk lalu meletakkan beberapa
lembar kertas, pulpen dan sebuah laptop. Lalu aku beranjak ke komputer pencari
buku tepat berada di belakangku. Lalu, aku mengetik nama buku yang kucari di
judul pencarian. Dengan cepat komputer pintar itu memberitahuku di mana buku
itu berada. Ya, buku itu berada di salah satu dari 6 buah rak-rak besar dengan
tinggi kira-kira 2 m. Rak-rak buku itu berada di depan komputer pencari buku
tadi yang hanya di pisahkan oleh jalan setapak.
Sambil
membaca tulisan judul buku yang berada di atas kepala rak dan aku harus sedikit
mengangkat kepala untuk dapat membacanya. Tepat sekali, rak buku yang kucari
berada di rak ketiga dari ujung. Jarak antara rak buku satu dengan lainnya
sangat sempit hanya cukup untuk satu orang. Beruntung hanya ada seorang
mahasiswa yang berada di rak buku yang sama denganku. “permisi yaa” kataku
ramah, lalu dia memberikan jalan untukku agar aku bisa masuk lebih jauh ke
dalam rak ketiga itu. Sebentar setelah melihat dan membaca tumpukan buku-buku
dengan berbagai macam bentuk dan ketebalan, dan berbagai macam warna cerah
hingga pudar, akhirnya aku menemukan beberapa buku yang kubutuhkan. Setelah itu
aku langsung menuju tempat aku duduk sebelumnya dengan cara yang sama.
Setelah
beberapa saat, aku merasa tak nyaman dengan tempatku duduk kini. Aku memutuskan
membawa barang-barang milikku dan juga beberapa buku yang ku dapat dan
membawanya ke tempat duduk berlesehan dengan karpet. Tempat duduk berlesehan
itu cukup luas terbagi menjadi dua dengan satu rak buku memanjang sebagai
penyekat dan berada di pinggir ruangan
serta lebih tepatnya berada di ujung
dari meja panjang yang penuh tadi. Cukup luas, tapi terlalu sempit karena penuh
dengan mahasiswa yang lebih senang membaca dan mengerjakan tugas di tempat
lesehan itu. Aku berhati-hati melangkah agar tidak mengganggu aktivitas orang
lain dan memutuskan untuk duduk di pojok dekat dengan pendingin ruangan yang
berdiri tegak menghasilkan angin-angin dingin nan sejuk. Lalu aku memulai untuk
membaca, menulis, mengetik dan tenggelam di sana untuk waktu yang lama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar