Kamis, 03 April 2014

Deskripsi Ruang

Perpustakaan

Udara dingin menyeruak ketika kubuka pintu kaca perpustakaan bertuliskan “BUKA”. Terlihat olehku seorang penjaga berpakaian segar dan rapi sedang menatap komputer di mejanya. Meja itu berada di sebelah kiri pintu masuk, penuh dengan buku-buku, satu perangkat komputer dan beberapa alat penting dalam operasional perpustakaan. Dari tempat ku berdiri di depan pintu masuk, tepat di sebelah kanan terpajang sebuah lemari dengan kotak-kotak  kecil untuk penitipan tas para mahasiswa yang sedang berkunjung. Loket-loket di lemari itu penuh dengan tas hingga tas-tas itu berada di lantai berserakan namun tertata.

Perpustakaan ini cukup luas berbentuk persegi panjang. Tapi saat itu terasa sesak dan sempit karena penuh dengan mahasiswa yang berkunjung. Kurang lebih 6 langkah dari pintu masuk terjajar 5 buah meja panjang tertata rapi dengan kursi-kursi di masing-masing celah setiap meja yang mengelilinginya. Meja paling ujung di sebelah kanan terlihat kosong, berbeda dengan meja-meja lainnya yang penuh sesak dengan pengunjung. Meja itu terletak dekat dengan sebuah mesin komputer pencari buku dan ruangan kecil khusus untuk staf perpustakaan. Aku memutuskan untuk berada di meja ujung itu.

“SRET.. SRET..” terdengar bunyi kursi yang ku geser, aku duduk lalu meletakkan beberapa lembar kertas, pulpen dan sebuah laptop. Lalu aku beranjak ke komputer pencari buku tepat berada di belakangku. Lalu, aku mengetik nama buku yang kucari di judul pencarian. Dengan cepat komputer pintar itu memberitahuku di mana buku itu berada. Ya, buku itu berada di salah satu dari 6 buah rak-rak besar dengan tinggi kira-kira 2 m. Rak-rak buku itu berada di depan komputer pencari buku tadi yang hanya di pisahkan oleh jalan setapak.

Sambil membaca tulisan judul buku yang berada di atas kepala rak dan aku harus sedikit mengangkat kepala untuk dapat membacanya. Tepat sekali, rak buku yang kucari berada di rak ketiga dari ujung. Jarak antara rak buku satu dengan lainnya sangat sempit hanya cukup untuk satu orang. Beruntung hanya ada seorang mahasiswa yang berada di rak buku yang sama denganku. “permisi yaa” kataku ramah, lalu dia memberikan jalan untukku agar aku bisa masuk lebih jauh ke dalam rak ketiga itu. Sebentar setelah melihat dan membaca tumpukan buku-buku dengan berbagai macam bentuk dan ketebalan, dan berbagai macam warna cerah hingga pudar, akhirnya aku menemukan beberapa buku yang kubutuhkan. Setelah itu aku langsung menuju tempat aku duduk sebelumnya dengan cara yang sama.


Setelah beberapa saat, aku merasa tak nyaman dengan tempatku duduk kini. Aku memutuskan membawa barang-barang milikku dan juga beberapa buku yang ku dapat dan membawanya ke tempat duduk berlesehan dengan karpet. Tempat duduk berlesehan itu cukup luas terbagi menjadi dua dengan satu rak buku memanjang sebagai penyekat dan  berada di pinggir ruangan serta  lebih tepatnya berada di ujung dari meja panjang yang penuh tadi. Cukup luas, tapi terlalu sempit karena penuh dengan mahasiswa yang lebih senang membaca dan mengerjakan tugas di tempat lesehan itu. Aku berhati-hati melangkah agar tidak mengganggu aktivitas orang lain dan memutuskan untuk duduk di pojok dekat dengan pendingin ruangan yang berdiri tegak menghasilkan angin-angin dingin nan sejuk. Lalu aku memulai untuk membaca, menulis, mengetik dan tenggelam di sana untuk waktu yang lama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar