Nenekku , Mutiara
hatiku
Oleh : Camelia Nuzuli
Pagi
itu, kurasakan suasananya begitu berbeda dengan hari-hari sebelumnya, terasa
lebih dingin, lebih damai dan lebih tentram. Rasanya matahari masih enggan untuk
menampakan keperkasaannya, suasana pun terasa sangat teduh. Entah mengapa aku
merasakan hal itu, sebab pagi ini kulihat dari balik jendela kamar nenek, nenek
tertidur begitu pulas dengan selang oksigen yang terpasang di hidungnya. Nenek
hanya banyak berbaring terdiam, semenjak sakit yang dideritanya. Kini aku makin
rindu dengan suara nenek yang sering membangunkan tidurku saat pagi hari.
Pada saat seperti sekarang ini, aku sangat
ingin selalu berada didekat nenek. Waktu liburan panjang semester genap
membuatku lebih banyak berada dirumah , menemani nenek yang setia berbaring di
atas tempat tidurnya. Seperti biasanya, kakak perempuanku mengelap badan nenek,
menggantikan diapers dan pakaiannya.
Kami sekeluarga yakin kalau nenek pasti bisa sehat seperti dulu. Pagi itu pukul 8, aku duduk di samping tempat
tidur nenek, kulihat wajah nenek begitu teduh dan tenang. Lalu kugenggam
tangannya, ia hanya membalas genggaman tanganku tanpa membuka matanya.
Ah.. aku tak akan pernah lupa masa kecilku
yang kulalui bersama nenek. Aku sudah sejak dari kecil tinggal di rumah nenek,
banyak pula cerita yang kulalui bersamanya. Di rumah itu kami tidur sekamar,
aku tak akan pernah lupa masa kecil ketika aku menghabiskan waktu di saat
pulang sekolah di rumah itu bersama nenekku. Aku dengan senang hati mendengar
cerita nenek di masa lalu yang penuh dengan gelak tawa dikala ia sedang
bercerita. Namun kini, sudah lama tak kudengar lagi cerita nenek yang penuh
gelak tawa itu, semenjak sakit yang dideritanya.
Waktu terasa bergulir sangat cepat pada hari
itu. Tidak seperti biasanya, nenek meminta untuk dimiringkan kearah dinding. Di
kamar itu, kami hanya duduk melihat nenek yang berbaring di atas tempat tidur.
Pada waktu sekarang ini kami selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama
nenek. Di kamar nenek terdapat sebuah jendela, jendela tersebut mengarah tepat
kearah tempat tidur nenek. Di jendela itu, kami selalu menyempatkan diri untuk
selalu menengok nenek yang sedang tertidur pulas dengan selang oksigen yang
selalu terpasang dihidungnya.
Pukul 14:15 , aku masuk ke kamar nenek.
Pada saat itu, kulihat nenek sedang tertidur pulas dengan posisi badan yang
miring. Dan tak seperti biasanya, kali ini kulihat nenek tertidur tanpa selang
oksigen yang selalu terpasang dihidungnya. Seketika hatiku merasa lebih tenang,
karena kufikir pada saat itu nenek sudah
mulai ada perkembangan. Lalu, ku duduk didepan cermin disebelah tempat tidur
nenek. Entah kenapa waktu itu aku tak berfikir yang aneh-aneh terhadap keadaan
nenek, selang waktu beberapa menit anak perempuan nenekku atau yang biasa
kupanggil bibi masuk ke dalam kamar dan memeriksa keadaan nenek. Jantungku
terasa berhenti berdetak, ketika
kudengar bibi menjerit memanggil nama nenek dan berlari keluar kamar. Aku pun
berlari menghampiri nenek, ku balikan badan nenek dan kulihat bibir dan wajah
nenek yang membiru. Saat itu pula, aku langsung berteriak dan meneteskan air
mata.
Pada saat itu, keluarga sudah berkumpul
di rumah nenek. Kami semua tidak ingin berprasangka buruk kalau nenek sudah
meninggal dunia, kami semua terus melantunkan ayat-ayat Allah dan meneteskan
air mata selama dokter memeriksa keadaan nenek. Kulihat sudah banyak para
tetangga yang berlalu-lalang masuk ke dalam rumah nenek, suara isak tangis orang-orang
terdengar dimana-mana. Ketika itu, suara isak tangis pun makin terdengar ketika
dokter keluar dari dalam kamar nenek yang memberitahukan bahwa nenek sudah
berpulang menghadap Allah. Badanku lemas, dada pun terasa semakin sesak, tanpa
dapat berkata-kata aku hanya bisa terdiam dan menangis menghampiri jasad nenek.
Di ruang tengah, kulihat nenek kini hanya
berbaring di atas tempat tidur terdiam membisu tanpa bersuara, kulihat senyum
yang tersungging dibibirnya. Nenek hanya terbaring di tengah-tengah kerumunan,
lantunan-lantunan ayat-ayat Allah terdengar mengiringi kepergian nenek. Dan
kini nenek sudah berpulang menghadap Allah, semoga Allah melapangkan kubur,
mengampuni dosa dan menerima amal ibadah dan kebaikannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar