Kamis, 03 April 2014

Deskripsi Ruang dan Waktu

Nenekku , Mutiara hatiku
Oleh : Camelia Nuzuli
    Pagi itu, kurasakan suasananya begitu berbeda dengan hari-hari sebelumnya, terasa lebih dingin, lebih damai dan lebih tentram. Rasanya matahari masih enggan untuk menampakan keperkasaannya, suasana pun terasa sangat teduh. Entah mengapa aku merasakan hal itu, sebab pagi ini kulihat dari balik jendela kamar nenek, nenek tertidur begitu pulas dengan selang oksigen yang terpasang di hidungnya. Nenek hanya banyak berbaring terdiam, semenjak sakit yang dideritanya. Kini aku makin rindu dengan suara nenek yang sering membangunkan tidurku saat pagi hari.
   Pada saat seperti sekarang ini, aku sangat ingin selalu berada didekat nenek. Waktu liburan panjang semester genap membuatku lebih banyak berada dirumah , menemani nenek yang setia berbaring di atas tempat tidurnya. Seperti biasanya, kakak perempuanku mengelap badan nenek, menggantikan diapers dan  pakaiannya. Kami sekeluarga yakin kalau nenek pasti bisa sehat seperti dulu.  Pagi itu pukul 8, aku duduk di samping tempat tidur nenek, kulihat wajah nenek begitu teduh dan tenang. Lalu kugenggam tangannya, ia hanya membalas genggaman tanganku tanpa membuka matanya.
    Ah.. aku tak akan pernah lupa masa kecilku yang kulalui bersama nenek. Aku sudah sejak dari kecil tinggal di rumah nenek, banyak pula cerita yang kulalui bersamanya. Di rumah itu kami tidur sekamar, aku tak akan pernah lupa masa kecil ketika aku menghabiskan waktu di saat pulang sekolah di rumah itu bersama nenekku. Aku dengan senang hati mendengar cerita nenek di masa lalu yang penuh dengan gelak tawa dikala ia sedang bercerita. Namun kini, sudah lama tak kudengar lagi cerita nenek yang penuh gelak tawa itu, semenjak sakit yang dideritanya.
   Waktu terasa bergulir sangat cepat pada hari itu. Tidak seperti biasanya, nenek meminta untuk dimiringkan kearah dinding. Di kamar itu, kami hanya duduk melihat nenek yang berbaring di atas tempat tidur. Pada waktu sekarang ini kami selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama nenek. Di kamar nenek terdapat sebuah jendela, jendela tersebut mengarah tepat kearah tempat tidur nenek. Di jendela itu, kami selalu menyempatkan diri untuk selalu menengok nenek yang sedang tertidur pulas dengan selang oksigen yang selalu terpasang dihidungnya.
    Pukul 14:15 , aku masuk ke kamar nenek. Pada saat itu, kulihat nenek sedang tertidur pulas dengan posisi badan yang miring. Dan tak seperti biasanya, kali ini kulihat nenek tertidur tanpa selang oksigen yang selalu terpasang dihidungnya. Seketika hatiku merasa lebih tenang, karena kufikir  pada saat itu nenek sudah mulai ada perkembangan. Lalu, ku duduk didepan cermin disebelah tempat tidur nenek. Entah kenapa waktu itu aku tak berfikir yang aneh-aneh terhadap keadaan nenek, selang waktu beberapa menit anak perempuan nenekku atau yang biasa kupanggil bibi masuk ke dalam kamar dan memeriksa keadaan nenek. Jantungku terasa  berhenti berdetak, ketika kudengar bibi menjerit memanggil nama nenek dan berlari keluar kamar. Aku pun berlari menghampiri nenek, ku balikan badan nenek dan kulihat bibir dan wajah nenek yang membiru. Saat itu pula, aku langsung berteriak dan meneteskan air mata.
       Pada saat itu, keluarga sudah berkumpul di rumah nenek. Kami semua tidak ingin berprasangka buruk kalau nenek sudah meninggal dunia, kami semua terus melantunkan ayat-ayat Allah dan meneteskan air mata selama dokter memeriksa keadaan nenek. Kulihat sudah banyak para tetangga yang berlalu-lalang masuk ke dalam rumah nenek, suara isak tangis orang-orang terdengar dimana-mana. Ketika itu, suara isak tangis pun makin terdengar ketika dokter keluar dari dalam kamar nenek yang memberitahukan bahwa nenek sudah berpulang menghadap Allah. Badanku lemas, dada pun terasa semakin sesak, tanpa dapat berkata-kata aku hanya bisa terdiam dan menangis menghampiri jasad nenek.

    Di ruang tengah, kulihat nenek kini hanya berbaring di atas tempat tidur terdiam membisu tanpa bersuara, kulihat senyum yang tersungging dibibirnya. Nenek hanya terbaring di tengah-tengah kerumunan, lantunan-lantunan ayat-ayat Allah terdengar mengiringi kepergian nenek. Dan kini nenek sudah berpulang menghadap Allah, semoga Allah melapangkan kubur, mengampuni dosa dan menerima amal ibadah dan kebaikannya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar