Kamis, 03 April 2014

Pagi hari di Stasiun Pondok Ranji

Pagi hari di Stasiun Pondok Ranji
        Pukul tujuh tiga puluh, suatu pagi yang cerah di stasiun kereta Pondok Ranji. Sang fajar sudah mulai naik dan menampakkan cahaya kuningnya. Pancaran sinarnya sudah mulai terasa hangat. Udara dingin yang biasanya terasa di pagi hari bulan maret ini, sekarang terasa sejuk, rasanya seperti di daerah puncak Bogor.
          Pada saat seperti sekarang ini, kebanyakan para pekerja sedang terburu-buru dikejar waktu agar tidak telat sampai ke kantor masing-masing.
          Loket pembelian tiket yang kira-kira tujuh meter di depanku, yang pagi hari sekitar pukul lima pagi baru dibuka. Kini dipenuhi oleh antrian para penumpang kereta stasiun Pondok Ranji yang menuju Tanag Abang dan Serpong. Aku pun ikut mengantri untuk membeli tiket dengan tujuan Tanah Abang.
Petugas tiket yang walaupun kelihatan mengantuk harus menjalani tugasnya dengan senyum ramah. Aku keluarkan uang sebesar tujuh ribu rupiah untuk membeli tiket kereta lalu ditukar dengan tiket elektrik yang berbentuk seperti kartu ATM.
          Lalu aku segera memasuku tempat tunggu dengan melewati pintu masuk otomatis dengan meletakkan kartu elektrik di atas alat pembaca kartu yang dengan sendirinya akan terbuka. Dahulu sebelum adanya pintu masuk otomatis atau kartu elektrik ini, biasanya para petugas tiket yang akan memeriksa tiket manual untuk bisa masuk ke tempat tunggu kereta. Sekarang zaman sudah berkembang dan menjadi lebih efisien dan praktis.
          Kemudian aku segera menuju ke peron dua untuk tujuan Tanah Abang yang terletak di seberang jalanan kereta tempat aku berdiri sekarang. Setelah aku menyebranginya aku duduk menunggu kereta yang datang menjemputku.
          Di depanku aku melihat orang-orang yang berlari kecil untuk menyebrang dari peron satu menuju peron 2 karena takut ketinggalan kereta.
          Di sebelah kiri terlihat orang-orang yang sedang menunggu kereta sepertiku. Ada yang sedang membaca koran, sedang mengobrol, dan sedang bersandar ke tembok peron yang terletak sekitar satu meter di belakangku sambil mendengarkan musik melalui airphone yang dikenakannya.
          Di sebelah kananku kira-kira sekitar lima belas meter terlihat palang pintu kereta yang terbuka, banyak mobil dan motor berlalu lalang yang sebentar lagi akan ditutup karena kereta yang menjemputku akan segera datang.
          Di sekelilingku yang jelas terdengar adalah suara pemberitahuan dari petugas kereta yang memberitahukan lewat speaker bahwa kereta commuter line tujuan Tanah Abang akan segera datang dan para penumpang dihimbau agar bersiap-siap berangkat.
          Aku melihat lagi kearah kananku, terlihat palang pintu kereta sudah mulai tertutup setengahnya tetapi masih ada beberapa pengendara motor nakal yang menerobos palang pintu itu.
          Tak lama kemudian kereta yang menjemputku datang. Aku bersiap-siap berdiri dan segera memasuki kereta yang sudah sangat penuh penumpang dan harus berdesak-desakan karena penumpang dari Stasiun Pondok Ranji di pagi hari banyak sekali dibandingkan siang hari.

          Pukul dua belas nanti para pekerja sudah berada di tempat kerjanya dan akupun sudah berada di tempat tujuanku sementara Stasiun Pondok Ranji yang mulai sepi penumpangnya pada siang hari dan akan melonjak penuh penumpang pada sore hari karena seiring dengan jam pulang kantor dan harus beroperasi kembali sampai malam hari. Keesokan harinya harus bersiap-siap menghadapi pola tingkah para penumpang Stasiun pondok Ranji ini yang dari hari ke hari semakin membludak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar