Pagi
hari di Stasiun Pondok Ranji
Pukul
tujuh tiga puluh, suatu pagi yang cerah di stasiun kereta Pondok Ranji. Sang
fajar sudah mulai naik dan menampakkan cahaya kuningnya. Pancaran sinarnya
sudah mulai terasa hangat. Udara dingin yang biasanya terasa di pagi hari bulan
maret ini, sekarang terasa sejuk, rasanya seperti di daerah puncak Bogor.
Pada saat seperti sekarang ini, kebanyakan para pekerja
sedang terburu-buru dikejar waktu agar tidak telat sampai ke kantor
masing-masing.
Loket pembelian tiket yang kira-kira tujuh meter di
depanku, yang pagi hari sekitar pukul lima pagi baru dibuka. Kini dipenuhi oleh
antrian para penumpang kereta stasiun Pondok Ranji yang menuju Tanag Abang dan
Serpong. Aku pun ikut mengantri untuk membeli tiket dengan tujuan Tanah Abang.
Petugas tiket yang
walaupun kelihatan mengantuk harus menjalani tugasnya dengan senyum ramah. Aku
keluarkan uang sebesar tujuh ribu rupiah untuk membeli tiket kereta lalu
ditukar dengan tiket elektrik yang berbentuk seperti kartu ATM.
Lalu aku segera memasuku tempat tunggu dengan melewati
pintu masuk otomatis dengan meletakkan kartu elektrik di atas alat pembaca
kartu yang dengan sendirinya akan terbuka. Dahulu sebelum adanya pintu masuk
otomatis atau kartu elektrik ini, biasanya para petugas tiket yang akan
memeriksa tiket manual untuk bisa masuk ke tempat tunggu kereta. Sekarang zaman
sudah berkembang dan menjadi lebih efisien dan praktis.
Kemudian aku segera menuju ke peron dua untuk tujuan Tanah
Abang yang terletak di seberang jalanan kereta tempat aku berdiri sekarang.
Setelah aku menyebranginya aku duduk menunggu kereta yang datang menjemputku.
Di depanku aku melihat orang-orang yang berlari kecil untuk
menyebrang dari peron satu menuju peron 2 karena takut ketinggalan kereta.
Di sebelah kiri terlihat orang-orang yang sedang menunggu
kereta sepertiku. Ada yang sedang membaca koran, sedang mengobrol, dan sedang
bersandar ke tembok peron yang terletak sekitar satu meter di belakangku sambil
mendengarkan musik melalui airphone
yang dikenakannya.
Di sebelah kananku kira-kira sekitar lima belas meter
terlihat palang pintu kereta yang terbuka, banyak mobil dan motor berlalu
lalang yang sebentar lagi akan ditutup karena kereta yang menjemputku akan
segera datang.
Di sekelilingku yang jelas terdengar adalah suara
pemberitahuan dari petugas kereta yang memberitahukan lewat speaker bahwa
kereta commuter line tujuan Tanah
Abang akan segera datang dan para penumpang dihimbau agar bersiap-siap
berangkat.
Aku melihat lagi kearah kananku, terlihat palang pintu
kereta sudah mulai tertutup setengahnya tetapi masih ada beberapa pengendara
motor nakal yang menerobos palang pintu itu.
Tak lama kemudian kereta yang menjemputku datang. Aku
bersiap-siap berdiri dan segera memasuki kereta yang sudah sangat penuh
penumpang dan harus berdesak-desakan karena penumpang dari Stasiun Pondok Ranji
di pagi hari banyak sekali dibandingkan siang hari.
Pukul dua belas nanti para pekerja sudah berada di tempat
kerjanya dan akupun sudah berada di tempat tujuanku sementara Stasiun Pondok
Ranji yang mulai sepi penumpangnya pada siang hari dan akan melonjak penuh
penumpang pada sore hari karena seiring dengan jam pulang kantor dan harus
beroperasi kembali sampai malam hari. Keesokan harinya harus bersiap-siap
menghadapi pola tingkah para penumpang Stasiun pondok Ranji ini yang dari hari
ke hari semakin membludak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar