Kamar Mas
Wisnu
Lantai
dua rumah Pakde Agus. Aku berdiri di depan sebuah pintu berwarna cokelat muda
itu. Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah stiker berwarna biru
tua bertuliskan vespa dan di atasnya ada sebuah stiker berlambang dan
bertuliskan Universitas Indonesia yang berwarna kuning hitam.
Aku segera membuka pintu itu. udara
yang agak panas dan tercium bau asap rokok yang menyesakkan dada itu
menyambutku. Terdengar juga suara gelembung-gelembung dari dalam air yang
ternyata berasal dari akuarium yang tak jauh dari tempat aku berdiri. Dinding
dicat warna putih. Kasurnya berwarna merah dan bermotif klub sepakbola asal Inggris
yaitu Manchester United. Lantainya berkeramik berwarna krem yang agak kotor
karena abu rokok yang bertebaran di sekitar asbak kecil yang ada di samping
tempat tidur.
Kamar yang berukuran 3x3 meter persegi
itu terlihat agak sempit karena banyak barang di dalamnya. Di atas ruangan tergantung
sebuah lampu neon yang tidak dinyalakan.
Tepat di sebelah kanan pintu terdapat
satu-satunya kipas angin yang sedang
berusaha untuk sedikit menyejukkan kamar itu. Di bagian atas terdapat jam
dinding berbentuk bulat dan bergambar klub bola manchester United. Di samping
kipas angin terdapat meja televisi tiga susun. Paling atas terdapat sebuah TV
yang berukuran 21 inci, di bawahnya
terdapat Play Station 2 warna hitam dan diapit joystick PS berwarna
hitam. Di atas PS 2 itu terdapat beberapa kaset PS yang belum dimasukan ke
dalam tempat kasetnya. Dan dibagian paling bawah ada sebuah DVD berwarna silver
dengan speaker berwarna senada di samping kanan kirinya.
Di pojok kamar, tepat didepan rak TV
terdapat tempat tidur yang menempel pada dinding lainnya. Mataku langsung tertuju
pada gitar berwarna coklat muda yang ada diatas tempat tidur bersama bantal,
guling dan selimut yang belum dirapihkan. Dibagian atas dinding tempat tidur
itu terdapat poster Maroon 5. Hmm.. ternyata Mas Wisnu juga suka dengan band
beraliran pop rock asal California itu.
Ketika kuarahkan pandanganku ke depan,
terdapat satu-satunya jendela yang terbuka tempat masuknya cahaya matahari
sebagai satu-satunya penerangan dalam kamar ini dengan gorden berwarna merah di
dinding yang bersebrangan dengan pintu masuk. Menempel ke dinding samping kanan
jendela itu tergantung sebuah penanggalan. Dibawah jendela inilah lelaki
penghuni kamar itu duduk dengan mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Di
atas meja di depannya ada sebuah laptop yang menyala yang disamping kirinya
berserakan buku-buku yang terbuka halamannya dan disamping kanannya ada sebuah
Printer yang bermerek CANON berwarna silver, Handphone, asbak, dan segelas kopi
hitam. Terdengar samar-samar suara ketikan yang berasal dari laptop tersebut
yang menandakan lelaki itu sedang serius mengetik .
Di balik pintu bergelantungan celana
panjang jeans, kemeja, jaket, celana pendek, handuk, sarung, sajadah dan sebuah
tas berwarna hitam.
Di bagian dinding lainnya berdiri tegak
sebuah almari berpintu dua yang berwarna coklat tua yang cukup besar. Pegangan
pintu berwarna emas mengkilap. Di atas almari tertumpuk kardus-kardus kosong
bekas gitar dan sepatu-sepatu yang dibelinya.
Di samping
almari terdapat meja kecil yang diatasnya ada sebuah akuarium kecil berbentuk
bulat yang didalamnya ada beberapa batu koral kecil warna-warni, beberapa ikan
kecil berwarna orange dan ada juga
yang bercorak abstrak berwarna hitam putih orange
dan sebuah blower kecil yang berfungsi untuk menyediakan oksigen dalam akuarium.
Lama aku termangu di depan akuarium
menikmati indahnya ikan-ikan yang berenang didalamnya. Aku tersentak ketika
tiba-tiba terdengar sapaan, “Udah lama
dew? jangan bengong disitu, mending bantuin gue ngetik skripsi.”
Rupanya tanpa kusadari, sang penghuni kamar
menengok ke arahku dan aku pun segera menghampirinya. Dan kami pun segera
terlibat percakapan mengenai skripsi untuk melanjutkan ketikan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar