Kamis, 03 April 2014

Kamar Mas Wisnu

Kamar Mas Wisnu
          Lantai dua rumah Pakde Agus. Aku berdiri di depan sebuah pintu berwarna cokelat muda itu. Tepat di depan mataku, masih di pintu itu, ada sebuah stiker berwarna biru tua bertuliskan vespa dan di atasnya ada sebuah stiker berlambang dan bertuliskan Universitas Indonesia yang berwarna kuning hitam.
          Aku segera membuka pintu itu. udara yang agak panas dan tercium bau asap rokok yang menyesakkan dada itu menyambutku. Terdengar juga suara gelembung-gelembung dari dalam air yang ternyata berasal dari akuarium yang tak jauh dari tempat aku berdiri. Dinding dicat warna putih. Kasurnya berwarna merah dan bermotif klub sepakbola asal Inggris yaitu Manchester United. Lantainya berkeramik berwarna krem yang agak kotor karena abu rokok yang bertebaran di sekitar asbak kecil yang ada di samping tempat tidur.
          Kamar yang berukuran 3x3 meter persegi itu terlihat agak sempit karena banyak barang di dalamnya. Di atas ruangan tergantung sebuah lampu neon yang tidak dinyalakan.
          Tepat di sebelah kanan pintu terdapat satu-satunya kipas angin  yang sedang berusaha untuk sedikit menyejukkan kamar itu. Di bagian atas terdapat jam dinding berbentuk bulat dan bergambar klub bola manchester United. Di samping kipas angin terdapat meja televisi tiga susun. Paling atas terdapat sebuah TV yang berukuran 21 inci, di bawahnya  terdapat Play Station 2 warna hitam dan diapit joystick PS berwarna hitam. Di atas PS 2 itu terdapat beberapa kaset PS yang belum dimasukan ke dalam tempat kasetnya. Dan dibagian paling bawah ada sebuah DVD berwarna silver dengan speaker berwarna senada di samping kanan kirinya.
          Di pojok kamar, tepat didepan rak TV terdapat tempat tidur yang menempel pada dinding lainnya. Mataku langsung tertuju pada gitar berwarna coklat muda yang ada diatas tempat tidur bersama bantal, guling dan selimut yang belum dirapihkan. Dibagian atas dinding tempat tidur itu terdapat poster Maroon 5. Hmm.. ternyata Mas Wisnu juga suka dengan band beraliran pop rock asal California itu.
          Ketika kuarahkan pandanganku ke depan, terdapat satu-satunya jendela yang terbuka tempat masuknya cahaya matahari sebagai satu-satunya penerangan dalam kamar ini dengan gorden berwarna merah di dinding yang bersebrangan dengan pintu masuk. Menempel ke dinding samping kanan jendela itu tergantung sebuah penanggalan. Dibawah jendela inilah lelaki penghuni kamar itu duduk dengan mengenakan kaos oblong dan celana pendek. Di atas meja di depannya ada sebuah laptop yang menyala yang disamping kirinya berserakan buku-buku yang terbuka halamannya dan disamping kanannya ada sebuah Printer yang bermerek CANON berwarna silver, Handphone, asbak, dan segelas kopi hitam. Terdengar samar-samar suara ketikan yang berasal dari laptop tersebut yang menandakan lelaki itu sedang serius mengetik .
          Di balik pintu bergelantungan celana panjang jeans, kemeja, jaket, celana pendek, handuk, sarung, sajadah dan sebuah tas berwarna hitam.
Di bagian dinding lainnya berdiri tegak sebuah almari berpintu dua yang berwarna coklat tua yang cukup besar. Pegangan pintu berwarna emas mengkilap. Di atas almari tertumpuk kardus-kardus kosong bekas gitar dan sepatu-sepatu yang dibelinya.
 Di samping almari terdapat meja kecil yang diatasnya ada sebuah akuarium kecil berbentuk bulat yang didalamnya ada beberapa batu koral kecil warna-warni, beberapa ikan kecil berwarna orange dan ada juga yang bercorak abstrak berwarna hitam putih orange dan sebuah blower kecil yang berfungsi untuk menyediakan oksigen dalam akuarium.
          Lama aku termangu di depan akuarium menikmati indahnya ikan-ikan yang berenang didalamnya. Aku tersentak ketika tiba-tiba terdengar sapaan, “Udah lama dew? jangan bengong disitu, mending bantuin gue ngetik skripsi.”

Rupanya tanpa kusadari, sang penghuni kamar menengok ke arahku dan aku pun segera menghampirinya. Dan kami pun segera terlibat percakapan mengenai skripsi untuk melanjutkan ketikan itu. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar