Kamis, 03 April 2014

Deskripsi Ruang dan Waktu

Senja Di Teras Rumah

            Jarum jam menunjukan pukul lima lewat lima belas. Dari ufuk barat matahari masih memancarkan sinarnya disela-sela dedaunan berbaur dengan asap pembakaran sampah. Ditemani secangkir teh hangat, kusandarkan tubuhku di sebuah bangku kecil yang ada disisi kiri teras rumahku. Dengan wajah lusuh, orang-orang berlalu-lalang didepan rumahku, bergegas kembali kerumah setelah seharian bekerja. Musik keras yang sedari tadi didendangkan salah seorang tetanggaku sudah tak terdengar lagi. Sesekali suara bising knalpot sepeda motor mengusik damainya senja ini.
Kulemparkan pandanganku ke langit. Langitnya berwarna oranye, menandakan matahari akan segera mengistirahatkan diri. Sekawanan burung kecil terbang menghiasi langit sore. Beberapa kelelawar terlihat terbang meninggalkan sarangnya. Berbeda dari binatang lain yang bergegas kembali kerumah ketika senja menyapa, kelelawar justru baru memulai aktifitasnya.
Mataku mengintip di sela-sela pagar. Ada seekor induk ayam menggiring anak-anaknya menuju rumah mereka. Gerakkan yang serempak, serta langkah kaki sang induk bak model papan atas nan menawan menambah keindahan sore ini.
Aku menoleh kesisi kiri rumahku. Kudapati seekor kucing yang sedang duduk manis didepan pagar rumah, menunggu majikannya pulang. Kualihkan pandanganku ke sisi kanan rumah. Seorang wanita dengan rambut putih munutupi kepalanya sedang merapikan pakaian yang ia jemur sejak tadi pagi. Dari belakang rumah terdengar suara gemerisik sapu lidi. Ternyata ibuku sedang menyapu, merapikan sampah yang berserakan karena hembusan angin.
Tidak jauh dari rumahku, kira-kira tiga puluh meter, kerumunan anak kecil sedang asik memperebutkan sebuah benda bulat yang terbuat dari plastik. Tidak lama kemudian, terdengar suara teriakan dari salah satu rumah. Aku tersentak. Ternyata seorang ibu sedang meneriaki anaknya untuk bergegas pulang. Satu persatu anak-anak kecil tadi pulang menuju rumah masing-masing. Benda bulat tadi dibiarkan tergeletak ditengah jalan begitu saja.

 Satu persatu lampu disetiap rumah mulai menyala seolah mengucap “selamat tinggal” pada matahari. Dari kejauhan terdengar sayup-sayup suara tabuhan beduk. Azan pun mulai berkumandang dari seluruh penjuru kampung seraya memanggil seluruh umat muslim untuk melaksanakan ibadah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar