SENJA DI BUSWAY
Pukul lima, suatu senja yang bising di dalam
Busway. Matahari yang sudah condong jauh ke barat tidak menyisakan cahaya sedikitpun.
Terlihat awan mendung bergantung memenuhi langit. Awan mendung ini menutupi
kebaikan matahari yang biasanya menyisakan cahayanya untuk sedikit menerangi
perjalananku pulang di setiap senja Jum’at. Ini pertanda akan turunnya hujan. Tidak
lama terlihat pohon-pohon berayun tertiup angin kencang dan daun-daun terpaksa
satu-persatu berguguran meninggalkan tangkainya. Kemudian, hujanpun turun.
Hujan turun dengan sangat deras.
![]() |
Rain, Wet Street, Traffic Jam,
Melancholic - Jakarta
Pada saat sekarang ini, busway penuh sesak dipenuhi penumpang yang
kebanyakan baru pulang sehabis bergulat dengan pekerjaannya sejak pagi. Aku
naik busway jurusan Lebak Bulus-Harmoni. Busway ini berbentuk panjang. Terdapat
dua kubu, dari bagian depan hingga tengah untuk wanita dan dari bagian tengah
hingga bagian belakang diperuntukkan untuk laki-laki. Ada yang mendapat tempat
duduk, ada pula yang tidak mendapat tempat duduk. Dikarenakan bangku penumpang
terbatas. Aku berdiri di bagian tengah tepat di depan bangku kedua dari pintu
keluar masuk penumpang. Aku bisa menghitung dari tempatku berdiri, di bagian wanita,
bagian depan hanya ada 5 bangku dan di bagian tengah ada 19 bangku. Kuperhatikan
hampir semua raut mukanya terlihat capek dan lusuh.
Tapi ada dua orang wanita sekitar umur 25 tahun yang berdiri di
sebelah kiriku raut mukanya tidak terlihat capek dan lusuh. Terdengar mereka berdua
sedang bercakap-cakap dengan suara yang keras. Sesekali mereka berdua tertawa
terbahak-bahak mengalahkan suara klakson mobil-mobil di luar bus yang
berteriak-teriak agar terhindar dari macetnya lalu lintas.
Pukul setengah tujuh, sampailah di halte terakhir Harmoni. Semua orang
keluar dari bus sambil agak terburu-buru dan mereka berhamburan untuk melanjutkan rute menuju rumah
masing-masing. Mereka sudah tidak sabar untuk kumpul bersama keluarga mereka,
beristirahat, bercengkerama, atau menyiapkan pekerjaan untuk esok hari. Aku
juga sudah tidak sabar untuk melakukan hal itu semua. Akupun melanjutkan
perjalananku menuju rumah. Sedangkan busway-busway masih harus beroperasi sampai pukul sebelas malam. Hari-harinya
yang rentan lelah, sebuah mesin beroda harus bangun pukul 4 pagi dan
beristirahat pukul sebelas malam untuk pergi kesana kemari. (Nurul Khasanah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar