Senja di Pantai Pandan
Lolita Yuliarty Pasaribu
Sore
menjelang senja, warna lembayung memepertegas garis cakrawala, membias pada
jajaran pohon mangrove dan pohon kelapa yang berbaris rapi di tepi pantai.
Suara gulungan ombak, gesekan daun-daun
bakau yang tertiup angin, serta suara riuh dari wisatawan bercampur bagai
sebuah alunan musik.
Aku
mengayuh sepeda pixi berwarna merah muda
dengan roda berwarna putih mengelilingi pantai. Pantai yang sangat luas
dengan pasir berwarna putih , perairan
yang berwarna biru, serta jernih membentang ke laut lepas. Di sebelah kanan
terdapat bukit yang cukup tinggi berwarna kehijauan yang merupakan daratan
wilayah kota Sibolga.
Sepanjang
perjalanan kulihat beberapa wisatawan yang bergegas pulang namun ada
pula wisatawan yang baru datang atau sengaja datang ke pantai ini hanya sekedar
untuk melihat panorama matahari terbenam. Di setiap sudut kulihat beberapa penyewa tikar dengan
wajah lelah merapihkan tikar yang telah mereka sewakan kepada wisatawan.
Di
sebelah kanan tempatku mengayuh sepeda terdengar suara riuh, terlihat pasir
putih yang tadi siang dipenuhi wisatawan untuk sekedar bermain bola poli,
membuat beerapa benda dari pasir, atau hanya sekedar berjalan menyusuri pantai
untuk mencari kerang, kini telah menjadi tempat komunitas sepeda untuk
melakukan atraksinya. Di antara mereka ada yang mengayuh sepeda dengan berdiri,
ada pula yang mengayuh sepeda dengan melepaskan tangan, serta ada pula yang
mengayuh sepeda dengan berdiri di atas roda bagian depan.
Saat yang ditunggu oleh ku dan juga para wisatawan yang lain telah tiba. Panorama matahari terbenam, Panorama seperti lukisan dominasi warna
oranye dan kemerahan memepertegas garis cakrawala, membias pada jajaran pohon
mangrove dan pohon kelapa yang berbaris rapi di tepi pantai yang membuat aku
dan banyak wisatawan takjub akan keindahannya. Banyak wisatawan yang
mengabadikan panorama tersebut dengan kameranya.
Kini,
langit mulai redup. Tak lagi terdengar suara riuh wisatawan yang takjub akan
keindahan pantai ini serta komunitas sepeda yang unjuk kebolehan. Para
wisatawan, komunitas sepeda, para penyewa tikar telah bubar meninggalkan jejak
kaki di hamparan pasir putih. Tak jauh dari situ kulihat perkampungan desa yang
terpencar-pencar di antara pedang belukar. Sebentar lagi desa-desa itu akan
kehilangan denyut kehidupannya. Aku pun mulai bergegas pulang, sementara pantai
ini akan terlelap tidur digantikan dengan kehidupan yang baru di malam hari di
penuhi para nelayan yang akan mencari ikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar