Kenang Kamar Tenang
Sebuah kamar yang
teletak disebelah ruang tamu adalah kamarku, posisinya tepat berhadapan dengan
kamar kedua orang tuaku. Diantara kamarku dan orang tuaku terdapat sebuah kamar
mandi yang pintunya dibiarkan terbuka. Badanku seakan terhipnotis untuk
memasuki lagi ruang kamarku setelah semalaman tidak pulang kerumah. Mataku
menatap kunci kamar yang kubiarkan tergantung dipegangan pintu sambil lalu
tersenyum mengingat betapa aku pelupa, padahal usiaku masih terhitung sembilan
belas tahun. Kuputar pegangan pintu yang sudah tak terkunci lalu masuk ke
dalam.
Gelap menyelimuti
kamarku. Jemariku meraba dinding kamar mencari tombol lampu, saat kusadari
jemariku mendapati bingkai foto. Kuambil bingkai tersebut lalu menjepitnya di
ketiak. Baru kutemukan tombol lampu yang terletak di sisi kanan kamar dan
langsung kunyalakan, seketika seisi ruangan serasa mengucap “selamat datang
kembali”. Ruang kamar yang berukuran tiga kali tiga meter persegi menyambutku
ramah, lengkap dengan cat putih disetiap sisinya dengan dihiasi beberapa
retakan disalah satu dinding kamar. Kuhirup udara kamar dan mencoba mencocokkan
ingatanku akan suasana kamar ini. Wangi jeruk yang tersebar dari balik pintu
menyeruak seketika dari pengharum ruangan yang sudah hampir habis tapi wanginya
masih kuat menarik keluar rasa rinduku akan kamar ini. Sembari mengedarkan
pandangan ke sudut-sudut kamar, sedikit helaan nafas membuka rindu yang kutahan
sejak kepergianku kemarin. Setiap inci dari ruangan ini tidak berubah
sedikitpun. Kamar ini memiliki dua buah jendela di sisi yang berbeda, yakni di
sisi depan dan kanan. Disalah satu sudut kamar ada sebuah meja yang ditutupi
kain berwarna merah muda. Diatas meja ada sebuah mesin printer, dan beberapa perlengkapan
rias sederhanaku. Disudut yang lain juga terdapat dua buah meja yang
dirapatkan. Diatasnya terdapat buku-buku yang tersusun rapi dan beberapa helai
kertas yang berserakan. Beberapa tas yang biasa kupakai tergantung rapi di salah
satu dinding. Diatasnya menggantung pula topi pemberian dari temanku yang baru
kembali dari luar negeri.
Didepan pintu kamar
terdapat lemari pakaian yang dibagian sebelah lemarinya kupasangkan paku untuk
menggantung pakaian yang biasa kukenakan sore hari untuk mengajar.Diatas lemari
tersebut ada setumpuk koran lama dan satu bucket
bunga yang sudah mengering milik sahabatku. Dibalik pintu bergelantungan
sebuah rompi dan dress panjang yang
sudah kupakai.
Menoleh kearah kanan,
kasur yang biasa menemani penat sudah rapi. Kasur itu merapat ke salah satu
sisi kamar. Susunan bantal, selimut, dan boneka sudah diletakkan ditempatnya
semula. Disudut tempat tidur ada sebuah bingkai foto yang disandarkan ke
dinding. Aku duduk dikasur sambil memeluk boneka monyet berwarna kuning
pemberian teman lamaku, betapa kurindu kamar ini. Kunyalakan kipas angin yang
berdiri disudut kiri ruangan sambil merapikan beberapa perlengkapan rias
sederhanaku. Lalu meletakkan foto yang tadi sempat kujepit di atas meja rias, fotoku
bersama teman SMK dulu. Pandanganku menoleh keatas.Didinding bagian atas
sebelah kiri kamarku tergantung beberapa name
tag dari beberapa acara yang pernah kuikuti ditempat aku mengajar.
Kuletakkan tasku ditengah kamar dan merebahkan tubuhku yang menahan kantuk
diperjalanan pulang tadi. Lenganku merogoh tas mencari kunci lemari, aku duduk
kembali dan menghadap lemari yang bersebelahan dengan meja rias lalu membukanya
dengan kunci yang kucari tadi untuk meletakkan tas laptop didalam lemari. Dibagian
dalam lemari, tepatnya rak paling atas terdapat beberapa map yang berisikan
ijazah, sertifikat, dan beberapa surat berharga lainnya. Kututup lemari
pakaianku dan menoleh ke cermin dilemari yang memantulkan gambaran jendela dari
sisi kanan kamar.
Ponsel didalam tas
berdering menandakan baterai lemah. Diperjalanan pulang tadi mungkin aku
terlalu lama menggunakan ponselku untuk mendengarkan musik, gumamku. Akupun
beranjak dari tempat tidur untuk mengambil charger.Tepat
disebelah lemari terdapat sebuah rak kecil bertingkat tiga. Charger yang kucariberada dibagian
teratas rak tersebut bersebelahan dengan sebuah al-qur’an kecil hadiah ulang
tahunku yang ke delapan belas. Dibagian tengah rak terdapat beberapa kaca
mataku yang sudah usang. Sedangkan dibagian paling bawah terdapat beberapa alat
rias yang sudah tidak terpakai.
Kuraih tasku untuk
mengambil ponsel. Kupasangkan charger pada
ponsel, kemudian aku colokan ke sakelar yang berada tepat dibalik pintu.
Badanku sudah terlampau lelah. Akupun merebahkan badanku diatas kasur yang
sangat empuk. Dengan susah payah lenganku meraih bantal guling yang terdapat
disisi kasur. Perlahan mataku mulai terpejam. Tanpa sadar akupun sudah tertidur
lelap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar