Kamis, 03 April 2014

Bukit Cibodas



Deskripsi Ruang & Waktu
            Kami berjalan dalam diam di jalan setapak di antara pepohonan rindang yang berjejer rapih di kanan dan kiri. Tiap langkah kakiku menyentuh daun-daun kering yang tak berdaya tertiup angin berserakan sepanjang jalan, menghasilkan suara yang begitu khas. Sepanjang berjalan di jalan setapak ini, kurasakan dinginnya udara menusuk kulitku bercampur dengan sinar matahari siang yang menerobos masuk melalui celah-celah pohon yang terlihat agak jarang. Menghasilkan rona cahaya di beberapa titik dalam gelapnya suasana jalan setapak. Udara dingin yang menembus kulit membuat kami semakin membeku dalam diam, terbuai oleh perasaan masing-masing, hanya hati kami yang tersenyum senang.
            Tiba di ujung jalan setapak, kami bertemu dengan bukit-bukit hijau luas sejauh mata memandang. Berdiri di bukit yang tinggi sehingga terlihat jelas pemandangan bukit-bukit hijau yang berjejer menurun dari tempat kami berdiri. Kami menuruni bukit selangkah demi selangkah melewati beberapa pohon menuju pinggir danau yang berada tepat di bawah bukit. Duduk berdua di pinggir danau dibawah sinar matahari yang redup dan terasa hangat bercampur dengan udara dingin yang menusuk, menghasilkan sensasi udara yang berbeda. Kami duduk beralaskan rumput hijau yang lembab serta bau tanah yang tercium tiap kali angin berhembus.
            Mataku memandang lurus ke depan tepat ke arah danau yang terletak sepuluh meter dari tempatku duduk. Danau buatan dengan panjang sekitar 30x20 meter itu melebar tepat dihadapanku. Dipenuhi dengan air yang begitu jernih memantulkan sinar matahari menghasilkan rona keemasan yang begitu indah. Ikan-ikan sesekali terlihat di permukaan danau seperti sedang mencari makan. Kesan indah danau hilang ketika kulihat danau tersebut telah tercemar oleh beberapa sampah yang mengambang di permukaan. Beberapa orang terlihat berjalan mengitari tepi danau.
            Kulihat tepat 5 meter di arah kananku terdapat dua pria berwajah Arab sedang menikmati air yang mengalir dari sungai menuju danau. Sementara itu kami hanya terdiam melihat tingkah dua pria Arab tersebut yang meminum air sungai dengan nikmatnya. Lalu jauh dari arah kiri tempat kami duduk terlihat dua orang perempuan berambut coklat panjang seperti kakak-adik dengan asyiknya sedang bermain lempar bola. Satu perempuan terlihat dewasa dan satu lagi terlihat masih berumur 10 tahun. Mereka berdua mengenakan baju berwarna putih dan celana jeans.
            Setelah memandangi hijaunya bukit disekeliling kami, jernihnya air danau dengan sampah yang berserakan, dan kegiatan yang dilakukan oleh pengunjung, kamipun kembali terpaku memandang danau, terdiam dengan perasaan masing-masing, memandangi wajah satu sama lain dengan ekspresi kaku. Kemeja abu-abu yang dikenakan pria yang duduk di sampingku ini terlihat begitu sejuk di antara warna hijau yang dominan di bukit ini. Rambut depannya yang hitam sesekali melambai tertiup angin. Matanya yang kecil dihiasi alisnya yang tebal memandang begitu tajam ke arahku. Pandangan kami pun kembali ke arah danau yang semakin memancarkan rona keemasan karena langit sudah semakin sore.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar