Rumah yang
terletak tepat dibelakang asrama putri Univeritas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, itulah rumah kost yang aku huni saat ini. Rumah yang
terlihat tua, sepi, dan seperti tak berpenghuni ini memang telah 6 bulan
ditinggal oleh sang pemiliknya, karena bu nani (begitu nama pemilik rumah kost
ini) memutusakan untuk pindah ikut bersama dirumah kakak perempuannya di daerah
Cipete. Rumah yang bercat putih dan berpagar hitam ini bersebelahan dengan
rumah kakak laki-laki pemilik rumah kost ini, bahkan rumahnya dengan rumah bu
Nani itu mempunyai pagar menjadi satu.
Pertama aku
survey rumah kost ini, aku lihat rumah ini cukup besar, dan sayang sekali jika
tidak dihuni, begitu pikirku. Aku memasuki rumah kost ini berdua dengan seorang
pembantu rumah tangga yang mengurusi rumah milik bu Nani ini. Ia dia yang
merawat dan mengurusi rumah kost ini selama bu Nani memutuskan untuk pindah.
Aku masuk melalui pintu belakang. Pintu itu nampak kusam, ruangan belakang yang
nampak sunyi, maklum saja namanya juga ruang belakang yang hanya dipakai untuk
menyalakan air sanyo saja.
Begitu pintu
ruangan belakang dibuka, ternyata aku tembus langsung ke ruang dapur. Dapurnya
cukup besar. Disana terdapat kompor, kitchen set, dan westafel. Dapurnya sangat
bersih. Lalu nenek (begitu sebutan untuk pembantu rumah tangga di rumah kost
ini) memberitahu bahwa kami dilarang untuk menggunakan kompor, dia bilang sih
bahaya takutnya terjadi kebakaran. Agak sedikit kecewa, tetapi itu hanya
masalah sepele, toh aku masih bisa beli makan diluar. Kami yang ngekost disini
dilarang hanya untuk menggunakan kompor, fasilitas yang lain seperti kulkas dan
televisi, kami diperbolehkan untuk memanfaatkannya.
Kemudian Aku
berjalan ke dalam, berdua dengan nenek. Rumah ini benar-benar rumah tua
rupanya, pikirku. Lantainya terlihat seperti lantai zaman dulu, warnanya kuning
semi-semi marmer gitu, barang-barang yang ada didalam rumah inipun nampak tua,
dan seperti model-model zaman dulu. Walaupun begitu, rumah ini sangat bersih
dan rapih. Rumah kost ini pun sudah dipenuhi barang-barang, seperti televisi,
kulkas, meja makan, sofa,dan dapur yang besar, ya namanya juga rumah hanya
ditinggal huni oleh pemiliknya.
Lalu aku diajak
untuk melihat kamarku yang akan aku sewakan. Aku membuka pintu yang berwarna
coklat. Wah... rupanya kamar ini cukup besar, kira-kira ukurannya kurang lebih
4 x 4 m. Terdapat kasur yang berukuran untuk 2 orang, meja belajar, dan rak
untuk buku-buku. Kemudian, aku duduk kasur itu dan ternyata kasurnya itu tipe
spring bed, empuk sekali dan sangat nyaman. Kamarnyapun dilengkapi jendela,
gordeng, dan cat kamar yang perpaduan warna begitu serasi, yaitu kuning.
Setelah aku
melihat-lihat kamar yang akan aku sewakan, aku kembali melihat-lihat isi rumah.
Tepat depan kamarku, ada 1 kamar mandi yang posisinya ditengah tepat depan
kamarku dan kamar yang berada didepan kamarku. Lalu aku membuka pintu kamar
mandi itu, bersih sekali dan harum kamar mandinya, tidak beda jauh lah dengan
kamar mandi yang ada dirumahku. Rumah ini cukup besar, bahkan dapat dibilang
sangat besar untuk ukuran rumah kostan. Sebab rumah ini hanya dapat dihuni oleh
4 orang, terdapat 3 kamar, yan disewakan 2 kamar, dan 1 kamar untuk ditempati
oleh bu Nanih bila sewaktu-waktu main ke rumah kost ini.
Terakhir aku
diajak melihat tempat untuk menjemur pakaian. Letaknya tepat dibelakang
kamarku, dari jendela kamarku pun terlihat. Posisi pintu untuk menembus ke
tempat menjemur pakaian itu berada disamping hampir belakang kamarku, Tepatnya
disebelah kulkas. Pintunya itu pintu tua, tetapi masih kuat. Tempat berjemur
pakaian yang sangat nyaman, tidak besar tetapi kira-kira cukup untuk menjemur
pakaian-pakaianku. Terlihat gedung asrama putri yang benar-benar bersebelahan
langsung dengan kosanku, hanya dipisahkan oleh pembatas yang terbuat dari semen
dan batu seperti tembok. Kemudian kulihat langit di belakang kosanku, cerah dan
udaranya sejuk sekali, karena tepat dibelakang rumah kosanku terdapat kebun
salah satu warga komplek ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar