Kamis, 03 April 2014
TESNYA TIM PEMBIMBING TAMU ALLAH
Hari itu di awal bulan April 2013 ketika penghujung masa angin Monsun berhembus dari Benua Australia ke Benua Asia membuat tekanan angin semakin rendah di Asia. Bukan hanya cuaca di luar yang sedang dingin, tapi cuaca hatipun selaras. Subuh ini di awali dengan pesan suara do’a restu kedua orangtua di kampung dengan harapan dapat diijabah oleh Tuhan, semoga tes tertulis ini dilancarkan. Kulihat jarum pendek berada di himpitan si lima dan si enam, aku bergegas seakan hari ini adalah hari ontime sedunia.
Sampai juga di Ibukota “kotak-kotak” yang mulai menampakkan jati dirinya. Cuaca yang begitu dingin tadi terhapus oleh riuhnya kota Jakarta, terlebih dengan perhelatan yang akan di gelar. “siapa sih yang tidak ingin menjadi petugas pembimbing jamaah haji?” gumamku dalam hati, karena melihat banyaknya saingan pada tes ini. Terlihat dengan sulitnya parkir mobil mini ini, padahal baru jam tujuh pagi.
Turunlah aku dari mobil mini ini dengan rasa grogi yang lumayan hilang dengan sambutan hangat dari pihak penyelenggara tes. Tes ini berada di bawah naungan Kementrian Agama RI dengan peserta se-DKI, lebih kurang 150 orang, itupun telah terseleksi. 60% berasal dari pegawai yang berada di bawah bimbingan Kementrian Agama, 40% sisanya berasal dari Ormas Islam.
Memasuki ruangan tes, suasana kembali dingin dengan enam AC besar di tembok bagian atas ruangan. Awalnya mataku melihat di pojok sisi kanan ruangan, dengan kursi ‘kuliah’ yang sama rata berjejer, tanpa papan tulis, ubin putih dengan gordyn hijau (melambangkan Kementrian ini) maklum, ini ‘kan ruang sidang. Semua peserta disatukan pada ruangan berukuran bioskop XXI, bedanya tanpa 150 kemiringan.
Aku duduk di barisan pertama dekat dengan empat tempat duduk tanpa meja-nya pengawas dari Irjen. Barisan belakang telah terisi penuh dengan peserta lain. Yaah.. tidak lain seperti masa kanak-kanak yang berebut kursi, bedanya kami terlalu ‘senja’ untuk dibilang kanak-kanak. Kupikir juga percuma, disini tidak ada kolusi dan nepotisme yang sering diusut Pak Abraham Samad, karena soal dan pengawas berasal dari lembaga independen yang tidak ada keuntungannya dengan tes ini. Jadi tidak ada kebocoran soal.
Tes dimulai pada jam 08.00-15.00, aku baca semua soal plus multiple choice-nya yang dari a sampai e itu. Waktu terus berjalan, tak terasa sudah jam 12 siang, waktunya sholat dzuhur. Kami diberi waktu sampai jam 13.00 untuk melanjutkan tes kembali. Rasanya, sholat ini terasa makin khusyuk dengan soal-soal tadi. Kamipun melanjutkan tes kembali dengan auman singa di perut yang hanya ditenangkan dengan dua ‘sushi’ oncom (lontong) dan satu gelas air mineral.
Waktu menunjukkan jam 14.00, telah banyak peserta yang keluar. Entah mereka pintar atau telah dipusingkan dengan ratusan tes TOEFL, TOAFL, pengetahuan umum dan tentunya masalah Haji. Waktu tersisa 35 menit lagi, kutengok ke kanan dan ke kiri ternyata sisa tiga orang termasuk aku. Orang-orang diluar telah memanggil-manggil seraya memegang perut dan kerongkongan tanda lapar dan haus. Tak lama kedua orang itupun keluar, lalu salah seorang pengawas menghampiriku dengan postur tubuh semampai, kemeja putih celana hitam dan harum. Aku langsung berinisiatif ijin “pak, ijinkan saya untuk menggunakan waktu semaksimal mungkin, bolehkah?” tanyaku. “oh, silahkan!” jawabnya.
Waktu selesai dan aku keluar. Terlihat wajah-wajah lesu dengan keringat sebesar biji jagung, pakaian yang lecek, mereka duduk di ruang tunggu hingga mendapat aba-aba dari pengawas. Tak lama, dengan langkah sigap mereka menghampiri kami dan berjanji akan memberikan pengumuman di minggu depan. Semoga aku lulus…aamiin, labbaikallah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar