Laman

Kamis, 03 April 2014

Azan Subuh di Pagi Hari

Deskripsi Ruang dan Waktu


Pagi ini aku terbangun dengan perlahan bersama lantangnya suara azan subuh. Aku terbangun, terdiam dan terbengong di dalam ruang tengah diatas kasur gulung berwarna biru tua bergambarkan “Winnie The Pooh”. Saat itu juga aku terbangun dan duduk terdiam sambil menunggu kesadaranku terkumpul.
Aku melihat kakakku yang bertubuh besar masih tertidur di sebelah kananku. Badannya yang berbobot 113 kilogram itu masih terbaring tak beraturan mengacak-acak bantal. Bantal guling yang tertepi ke lantai kamar ini serta bantal untuk kepala yang malahan berada di bawah kakinya. Meskipun bantel tersebut tidak terletak pada posisi semula, kakakku tetap saja tertidur pulas di atas kasur biru itu.
Pagi yang cukup hening pada hari itu. Aku mulai beranjak dari tempat tidur itu dan berjalan lurus masuk ke dalam kamar mandi rumahku. Aku mengambil selang air yang ada di hadapanku dan mengangkatnya keatas keluar dari bak kamar mandi berwarna merah muda itu. Kuputar keran air itu sehingga keluarlah air dari selang tersebut. “Diingiiin… dingiin sekali air ini!”, teriakku di dalam kamar mandi kecil itu. Dinginnya air di pagi hari telah membuatku terbangun penuh dalam kesadaran. Karena itulah aku menjadi bergegas menyelesaikan kegiatan rutinku di kamar mandi yang sehari-hari aku lakukan. Setelah aku mencuci muka, menggosok gigi dan berwudhu aku langsung bergegas keluar dari kamar mandi yang membekukan kulitku dengan air dinginnya itu. Aku membuka pintu yang berwarna cokelat tua itu dan langsung melompat ke atas keset tua yang berumur hampir seumuran denganku. Aku menggesekkan kakiku diatasnya dan langsung bergegas ke ruang belakang rumahku, dimana terdapat jemuran handuk keluargaku yang berada di samping tangga untuk ke kamar atas. Aku berlari ke sana untuk mengambil handuk berwarna merah muda dan segera mengelap bagian tubuhku yang basah dan kedinginan itu sampai mengeting. Sungguh terasa dingin sekali air pada saat pagi itu.
Setelah aku selesai mengeringkan bagian tubuhku yang basah, aku terdiam sunyi sesaat karena mendengarkan suatu suara yang sepertinya lazim aku dengarkan. Aku terhening sesaat dan kemudian aku tersadar bahwa ternyata suara lembut tersebut ialah suara iqomah telah dikumandangkan. Aku kepanikan, aku langsung bergegas mengambil sarung yang berada di ruang ibadah dan langsung berlari keluar rumah dengan terburu-buru sambil menggunakan sarung berwarna hitam.
Ketika aku membuka pagar rumahku yang berwarna hitam yang berkarat, aku merasakan hembusan angina kencang yang khas di pagi buta. Hembusan angin tersebut membuat bulu kudukku berdiri merinding. Pagi itu langitnya masih berwarna gelap, bersuasana sepi dan hening, akan tetapi aku tidak mempedulikannya. Sambil aku berlari menuju masjid Nurul Huda yang berada kurang lebih 50 meter dari rumahku, aku menggesek-gesekkan kedua telapak tanganku untuk mendapatkan sedikit rasa hangat dari yang aku ciptakan.

Dan pada akhirnya aku sampai ke masjid itu yang berwarnakan cream dan cokelat berwarna terang yang memang masih baru akhir-akhir ini di renovasi. kemudian aku masuk masjid tersebut dengan nafas yang terengah-engah dan bergegas mengikuti sholat subuh yang telah berlangsung satu rakaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar