Laman

Kamis, 03 April 2014

Pagi di Gelora Bung Karno

Seperti biasa, Minggu pagi pukul 7.00, matahari masih malu-malu memamerkan sinarnya ke dunia, udara pagi yang sejuk masih bisa dirasakan, sangat mendukungku untuk bercengkrama dengan kasur di rumahku. Pada kenyataannya, kulangkahkan kakiku melewati gerbang pintu masuk halaman Stadion Gelora Bung Karno. Dengan mata yang terbuka dengan terpaksa hasil dua jam tidurku semalam, kubawa tubuhku ke aktivitas rutin setiap hari Minggu, yakni lari pagi.
Pada hari Minggu seperti sekarang ini, Senayan didominasi oleh orang-orang yang memanfaatkan waktu liburnya dengan berolah raga, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa, bahkan yang sudah lanjut usia. Kebanyakan dari mereka membawa kendaraan dan memarkirnya di tempat parkir yang disediakan di luar halaman Gelora Bung Karno. Ada pula yang menggunakan sepeda, baik menggunakan sepeda dari rumah masing-masing ataupun membawa sepeda lipat yang dimasukkan ke dalam mobil.
Aku berlari-lari kecil mengelilingi Stadion Gelora Bung Karno yang berbentuk melingkar dengan 12 pintu masuk di 23 sektor. Stadion Gelora Bung Karno tidak dibuka untuk umum, hanya mereka yang berijin saja yang boleh masuk, sehingga yang tidak berijin hanya dibolehkan berlari di halaman stadion. Telingaku terpasang earphone yang terhubung dengan telepon genggamku, ku stel lagu-lagu yang berirama menggebu agar aku bisa terus bersemangat dengan keadaanku yang masih mengantuk. Kuedarkan pandanganku ke sekelilingku, orang-orang hiruk pikuk. Yang selalu menarik bagiku, semua orang yang berlari atau sekedar berjalan di sini selalu memosisikan Stadion Gelora Bung Karno di sebelah kiri mereka. Menjadikan semua yang berolah raga berjalan searah. Entah siapa yang memulainya. Aku jadi teringat akan kegiatan thawaf, yaitu mengelilingi ka’bah di Mekkah sana. Posisi ka’bah harus berada di sebelah kiri kita, sehingga aku membayangkan Stadion ini seperti ka’bah yang dikelilingi orang-orang untuk berlari pagi.
Di pinggir halaman Gelora Bung Karno, tepat di dekat pagar sebagai akses masuk yang tadi aku lewati, banyak berjejer pedagang-pedagang yang menjajakan dagangannya. Pedagang-pedagang disini didominasi oleh pedagang makanan dan minuman. Namun, adapula yang menjual koran dan mainan untuk anak-anak.  Di depan pintu masuk stadion, banyak terdapat mahasiswa dari berbagai universitas terutama mahasiswa fakultas kedokteran, yang menawarkan jasa pemeriksaan kesehatan, seperti pemeriksaan gula darah, kolesterol, kenormalan berat dan tinggi badan, dan sebagainya. Ada juga yang menyediakan penyewaan peralatan tenis, yakni bola dan raketnya. Di sektor lain, terdapat senam kesehatan jasmani yang diikuti banyak orang, terutama kalangan ibu-ibu. Mereka membentuk barisan yang rapi kemudian mengikuti gerakan senam dari instruktur senam yang berdiri paling depan dan di atas panggung.
Aku terus melanjutkan lariku. Kali ini dengan kecepatan yang sangat lamban, atau bahkan lebih tepat disebut berjalan. Orang-orang yang tadinya di belakangku, kini sudah berlari mendahuluiku. Aku berjalan ke pinggir halaman untuk duduk. Orang-orang bersliweran di hadapanku. Mulai dari orang-orang yang masih melanjutkan larinya dengan serius, sepasang suami istri yang membawa anak bayi maupun balitanya, hingga anak-anak remaja tanggung bergerombol berjalan sambil mengobrol dengan teman-temannya, kemudian tertawa dengan kencang berbarengan. Ku lemparkan pandanganku ke sudut lain, di depan pintu 10 sektor 20. Ada sekelompok remaja, kebanyakan laki-laki yang memainkan skateboard. Kutebak mereka tergabung dalam sebuah komunitas remaja yang memiliki hobi yang sama. Di sudut lain, tepat di pintu 11 sektor 17, terdapat segerombolan orang bermain bola volly yang mereka bawa sendiri.

Pukul 09.00, udara pagi yang sejuk sudah mulai mengalah. Berganti dengan matahari yang mulai berani menyinari Gelora Bung Karno, bahkan kali ini sangat angkuh. Seakan memberitahu hanya ia yang mempunyai sinar sebenderang namun sehat seperti ini. Aku bangun dari dudukku, memutuskan untuk pulang. Pada saat seperti ini, kebanyakan orang juga sudah mulai berhenti berlari. Aku berjalan menuju pintu gerbang tempatku masuk tadi, kemudian menuju tempat parkir motorku dan bergegas pulang setelah membayar ongkos parkir di sana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar